Wacana menggantikan ASN dengan robot
mungkin hanya sindiran bagi kejujuran dan kualitas hasil kerja mereka. Maka,
para ASN mulailah berbenah diri, tingkatkan kedisiplinan, kejujuran, tanggung
jawab dan kewajuban secara benar dan baik. Tingkatkan terus kompetensi dengan
belajar tanpa batas ruang dan waktu. Jangan biarkan robot-robot menggantikan
posisi kita karena dianggap tak berguna.
Kabar terkini yang tersiar adalah
pemerintah akan mengurangi tenaga Aparatur Sipil Negera (ASN) dan diganti
dengan robot. Jika berbicara tentang ASN maka salah satu profesi yang lekat
terbayang di fikiran adalah guru. Walaupun banyak jabatan ASN disandang
berbagai profesi di kementerian, namun profesi guru lebih menyentuh langsung ke
masyarakat. Akankah guru digantikan oleh robot ?
Tulisan ini hanya merupakan analisis dan
pendapat penulis sebagai bagian dari masyarakat yang juga seorang guru aparatur
sipil negara yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Guru adalah
manusia yang memiliki jiwa dan rasa, memiliki hati dan jantung. Dalam gerak
hidupnya, guru dapat bertindak bebas dan mandiri selagi masih bernyawa. Dia
dapat melakukan aktifitas dan bereaksi sesuai perasaannya. Memiliki hati yang
terpancar lewat tatapan mata, kata, dan perbuatan. Guru memiliki jantung untuk
mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Membutuhkan makan, minum, tempat tinggal,
hiburan, pakaian, pendidikan, penghargaan dan pergaulan.
Para guru memikul amanah dan tanggung
jawab pendidikan karakter peserta didik. Guru harus memiliki keluhuran budi,
kearifan sikap, kebijakan bertindak dan ketinggian ilmu. Profesi guru tak akan
pernah tergantikan oleh apapun selama memiliki kompetensi dan kemampuan
melaksanakan amanah dan tanggung jawabnya.
Bagaimana dengan wacana penggantian ASN
dengan robot? Akankah guru termasuk yang akan tergusur?
Sejatinya para guru tak perlu merisaukan
wacana tersebut, jika mereka mau terus belajar dan mengembangkan diri. Guru
jangan hanya terpaku pada satu bidang ilmu. Wacana penggantian oleh robot
hanyalah pertimbangan yang mungkin saja tidak akan terjadi. Namun bisa juga
terwujud jika memungkinkan.
Guru adalah manusia yang digugu dan
ditiru. Sikap, kata dan perbuatannya selayaknya menjadi panutan peserta didik.
Guru harus memberi makna dan teladan di masyarakat, dengan demikian tek perlu
merasa bersaing dengan robot. Guru dan robot bukan hal yang pantas untuk
dibandingkan. Wacana aparatur sipil negara akan diganti oleh robot bagi guru
hendaknya dijadikan motivasi meningkatkan kompetensi dan kualitas diri. Tempalah
keyakinan diri, penanaman budi pekerti dan karakter siswa, guru lebih mumpuni.
Robot hanyalah rangkaian benda mati yang
dibuat hidup dengan bantuan manusia. Karena buatan manusia maka robot akan
berjalan dan bergerak sesuai keinginan majikannya. Tanpa manusia dia tak akan
berarti apa apa.
Memang terdapat faktor positif dan
negatif manakala robot menggantikan tugas manusia. Jika wacana ini diluncurkan
oleh pemerintah, tentunya sudah melalui pemikiran panjang akan dampak yang
ditimbulkan. Berapa juta manusia akan jadi pengangguran, jika tak bisa melebihi
kualitas kerja robot? Berapa lama proses panjang adaptasi yang dibutuhkan
manakala kegiatan administrasi negara harus dikerjakan oleh robot?
Hal lain yang perlu dipertimbangkan
adalah berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh robot? Biaya
operasional pemeliharaan? Biaya servis kerusakan, biaya penyimpanan dan biaya
akibat pergantian tenaga manusia menjadi tenaga robot.
Teknologi semakin canggih. Digitalisasi
sudah memasuki semua lini. Hal yang dulu hanya angan ternyata dapat terwujud.
Memang bukan hal yang tak mungkin robot menggantikan tenaga kerja manusia. Di
beberapa negara sudah memperkerjakan robot di rumah makan, di pabrik dan rumah
sakit. Namun sebagai pendidik nampaknya belum tersosialisasi. Perlu kajian
lebih mendalam untuk memperkerjakan robot dalam kegiatan pemerintahan
menggantikan ASN.
Apa yang terbayang dalam benak anda
ketika harus berhadapan dengan robot saat bertanya mengenai prosedur pembuatan
KTP? STNK? Sertifikat tanah? Pengelolaan hutan? Kelistrikan dan pariwisata?
Juga kegiatan pemerintahan lainnya?
Akhirnya penulis berfikir, wacana
tersebut mungkin hanya sindiran bagi kejujuran dan kualitas hasil kerja ASN.
Maka, para ASN mulailah berbenah diri, tingkatkan kedisiplinan, kejujuran,
tanggung jawab dan melaksanakan tugas pokok dan fungsi secara benar dan baik.
Tingkatkan terus kompetensi dengan belajar tanpa batas ruang dan waktu. Jangan
biarkan robot robot menggantikan posisi kita karena dianggap tak berguna.
Bapak dan ibu guru yang baru saja
merayakan hari ulang tahun, juga selalu melakukan refleksi dan evaluasi diri.
Masih pantaskah menjadi seorang guru yang digugu dan ditiru
? Majukan pendidikan di Indonesia. Tingkatkan kompetensi. Jangan mudah
berpuas diri sebelum dapat berkompetisi dalam bidang prestasi di luar negeri.
Bina anak negeri menjadi sosok mandiri yang mampu berkreasi, berakhlak mulia
dan berdedikasi tinggi.
KS SMP Negeri 40 Purworejo dalam pandangan Kadinas Dikpora Kabupaten Purworejo
Menjadi kepala sekolah berprestasi sering mendapat sorotan atau penilaian dari berbagai pihak salah satunya terkait kinerja. Kinerja seorang kepala sekolah berprestasi tentunya tidak lebih rendah semangatnya dibanding kepala sekolah yang lain. Kadang untuk prestasi akademik menjadi kendala tersendiri apalagi sebagai kepala sekolah berprestasi di sekolah pinggiran dan jauh dari kata sekolah favorit. Untuk prestasi non akademik mungkin bisa dikejar dan disejajarkan bahkan lebih tinggi dari sekolah favorit sehingga sebagai kepala sekolah berprestasi harus pinter2 menjalankan roda prestasi utamanya KS prestasi di sekolah pinggiran.
Memaksakan segala potensi yang ada meskipun banyak kendala menjadi tantangan tersendiri bagi kepala sekolah berprestasi bukan di sekolah terbaik.
Namun demikian terimakasih kami haturkan kepada Kadinas Dikpora yang sudah mengapresiasi kinerja kami meskipun belum bisa optimal dikarenakan kendala medan.
Insyaallah seandainya Tuhan YME meridhoi untuk berjuang di sekolah terbaik di kabupaten Purworejo kami akan memaksimalkan segala potensi yang ada di diri kami, berjuang untuk peningkatan pendidikan di kabupaten PURWOREJO.
MPLS yang diselenggarakan dari tanggal 12 Juli s.d 14 Juli 2021 secara daring di SMP Negeri 40 Purworejo akhirnya selesai dengan lancar. Di kegiatan MPLS ini karena tidak bisa bertatapmuka langsung dengan siswa kelas 7 maka metode yang dilakukan melalui tayangan langsung, video dan youtube. Alhasil meskipun ada kesulitan namun berkat satu tahun kemarin pernah di lakukan kegiatan MPLS ini dapat berlangsung dengan lancar.
Akhirnya pada tanggal 14 Juli 2021 penutupan kegiatan MPLS oleh kepala sekolah pun dilaksanakan melalui daring.
PEMBUKAAN MPLS SMP NEGERI 40 PURWOREJO DI MASA PANDEMI COVID 19
Dengan makin meningkatnya penularan Covid-19 di bulan Juli ini maka awal Tahun Pelajaran 2021-2022 secara otomatis menggunakan sistem Daring. Demikian juga untuk kegiatan MPLS di sekolah. SMP Negeri 40 Purworejo menyiasati dengan menggunakan video untuk memperkenalkan para guru serta jajaran kepengurusan di sekolah.
Tentunya ini menarik harapannya siswa-siswi akan semangat melihat bapak/ibu guru mereka di tayangan video ini.
DI DALAM MEMONITOR JALANNYA KBM DARING DI SEKOLAHNYA
Pembelajaran di masa pandemi COVID-19 ini memang membutuhkan pemikiran luar biasa. Hal ini diakibatkan karena tidak diperbolehkannya Kegiatan Belajar Mengajar di sekolah sebelum zona hijau. Akibatnya proses belajar mengajar di sekolah harus melalui pembelajaran jarak jauh hal ini hanya mampu dilakukan melalui akses jaringan internet. Pembelajaran jarak jauh melalui jaringan internet ini dikenal dengan istilah pembelajaran DARING (Dalam Jaringan).
Meskipun dengan alasan tertentu diantaranya siswa tidak punya android, pulsa apalagi jaringan internet di rumah maka sekolah harus menggunakan sistem tugas/penugasan. Sistem ini dengan menghadirkan orang tua siswa ke sekolah untuk mengambil materi dan tugas guru selanjutnya dikumpulkan kembali ke sekolah. Jangka waktu pengambilan tugas dan pengumpulan bisa 3, 4 hari. Sistem pembelajaran yang kedua ini dikenal dengan istilah pembelajaran LURING (Luar Jaringan)
SMP Negeri 40 Purworejo meskipun sekolah pinggiran namun tetap mengedepankan analisis ilmiah di dalam menerapkan ke-dua sistem pembelajaran tersebut. Yang mana pada akhirnya dicoba dulu sistem pembelajaran yang tersulit yaitu sistem DARING. Alasannya supaya sebelum memutuskan memakai LURING/DARING-LURING SMP Negeri 40 Purworejo memiliki alasan yang tepat jika akan berubah ke LURING/DARING-LURING jadi tidak asal saja.
Memang sistem ini membutuhkan kerja keras dari kepala sekolah, guru, siswa/orang tua dimana ketiga-tiganya harus betul-betul mampu bersinergis. Guru harus belajar terus macam-macam aplikasi daring untuk menemukan mana yang paling cocok buat mereka mengajar kelak. Kepala sekolah harus siap mensupervisi guru dan memonitor kegiatan siswa belajar di rumah (BDR) memakai sistem daring. Orang tua harus siap memfasilitasi putra-putrinya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar daring dan siswa harus disiplin dalam mengikuti jadwal kegiatan belajar di rumah.
Dari hasil kunjungan lapangan/ home visit ke rumah siswa kami dapatkan bahwa orang tua merasa kerepotan dalam membimbing materi pembelajaran yang diberikan ke-anaknya, siswa belum memahami betul fitur-fitur di android sehingga perlu belajar, orang tua dan siswa sangat menginginkan belajar di sekolah dan jaringan internet yang kadang-kadang lemah di rumah mereka.
Luar biasa memang tapi mengasyikan untuk dicermati sistem baru, situasi dan kondisi baru itulah NEW HABBIT di sekolah. Mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan karena sekolah yang identik dengan belajar memiliki tanggung jawab yang besar terhadap kualitas anak bangsa ke depan. Jika gagal maka di tahun ini kita turun level lagi dalam kualitas pendidikan antar bangsa di dunia khususnya ASEAN.
APRESIASI GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN INSPIRATIF 2021
- KATEGORI KEPALA SMP
PITURUH, Kendala akses internet untuk proses belajar siswa menjadi perhatian tersendiri bagi Kepala SMPN 40 Purworejo Himawan Susrijadi M.Pd. Untuk itu Himawan berinisiatif memanfaatkan akses internet di 49 desa yang ada di Kecamatan Pituruh untuk menunjang proses belajar mengajar siswa SMPN 40 yang tersebar di berbagai desa.
Setelah mendapatkan izin dari Camat Pituruh Yudhie Agung Prihatno, Jumat (7/8) Himawan didampingi Waka Kesiswaan Drs Moch Machsum mengunjungi 3 desa sebagai langkah awal. Ketiga desa itu yakni Desa Kesawen, Semampir, dan Ngampel.
Saat menemui Kepala Desa Kesawen Muhamad Wahidin, Himawan menyerahkan surat permohonan untuk menitipkan siswanya di desa tersebut. Para siswa diharapkan dapat mengakses layanan internet gratis untuk kepentingan pembelajaran dan tugas sekolah.
“Nantinya siswa hanya mengakses internet pada pukul 07.30.hingga 11.30 saja. Selebihnya bukan untuk kepentingan sekolah,” ucap Himawan kepada Muhamad Wahidin yang menyatakan menyambut baik program tersebut.
Himawan juga mengenalkan siswa dari Desa Kesawen yang menjadi koordinator teman-temannya dalam program tersebut. Ia juga sekaligus menempelkan stiker tentang 5 hal penting dalam pencegahan Covid-19.
Hal yang sama dilakukan Himawan di Desa Semampir dan Ngampel. Seperti di Desa Kesawen, kepala Desa Semampir dan Ngampel yang dikunjungi pun menyambut baik program tersebut.
“Silakan fasilitas wiFi yang ada di desa ini dipakai untuk kepentingan bersama, termasuk untuk kepentingan siswa,” kata Susanto, kepala Desa Semampir.
Tentang program tersebut, Himawan bertutur, ada 450 siswa SMPN 40 yang kini terpaksa belajar di rumah dengan sistem daring.
“Tidak semua siswa mampu mendapatkan layanan internet. Kendalanya selain faktor ekonomi yakni tidak mampu membeli paket data internet, juga sulitnya jaringan internet di daerah tertentu,” ucap Himawan yang sudah 3 tahun menjabat sebagai KS SMPN 40.
Selanjutnya, program itu akan berbentuk kelompok kerja (pokja) dengan 1 desa 1 koordinator siswa. Setiap pokja berisi maksimal 10 siswa.
Mereka, lanjut Himawan, akan dikunjungi oleh guru pembimbing 2 minggu sekali untuk kegiatan tatap muka. Bagi siswa yang mengalami kesulitan, “Silakan nanti bisa bertanya langsung pada guru yang akan bertemu,” ucapnya.
Himawan berharap agar program itu dapat membantu kesulitan siswa serta para siswa SMPN 40 dapat tetap bersemangat menjalani proses pembelajaran seperti saat ini.
Terpisah, Camat Pituruh Yudhie Agung Prihatno saat dihubungi melalui telepon mengapresiasi kegiatan yang dilakukan SMPN 40 untuk mengatasi kesulitan warganya.
“Ini merupakan kegiatan kreatif dan inovatif yang saya apresiasi sebagai Camat Pituruh. Semoga siswa SMPN 40 dapat tetap berprestasi di masa pandemi seeperti sekarang ini,” ungkap Yudhie. (Dia/Fau)
PURWOREJO(KRJOGJA.com) SMP Negeri 40 Purworejo memberangkatkan 24 guru mata pelajaran untuk mengunjungi kelompok belajar (pokjar) yang ada di 12 desa di Kecamatan Pituruh. Mereka ditugaskan untuk mengatasi kendala belajar yang dialami siswa selama metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Pelepasan guru diawali apel yang dipimpin kepala sekolah dan dihadiri Camat Pituruh Yudhie Agung Prihatno serta Kepala Puskesmas Pituruh dr Sutrisno, Rabu (19/8). “Kami secara resmi mulai memberangkatkan guru untuk kunjungi pokjar di desa. Tahap awal ada 24 guru untuk 12 desa,” kata Kepala SMP 40 Purworejo Himawan Susrijadi, kepada KRJOGJA.com, usai pelepasan.
Menurutnya, diberangkatkannya guru untuk menindaklanjuti pembentukan pokjar di desa. Siswa SMP 40 yang tinggal satu desa dan memiliki keterbatasan akses internet, sudah mulai belajar daring bersama serta terbatas, dengan difasilitasi internet desa.
Dalam proses itu mulai ada pertanyaan terkait materi yang tidak dipahami siswa. “Kami berangkatkan guru guna memberikan materi langsung, menjawab pertanyaan siswa, hingga mengumpulkan tugas,” ungkapnya.
Para guru memberi materi sesuai bidangnya dengan sasaran siswa kelas VII, VIII, dan IX. “Guru pelajaran memberi materi untuk tiga kelas itu, tapi kalau tugas dikumpulkan kepada gurunya masing-masing lewat koordinator pokjar atau langsung saat guru datang,” tuturnya.
Sekolah tetap menerapkan pembatasan maksimal dan protokol kesehatan dalam terobosan pembelajaran itu. Guru wajib pakai face shield, masker, sarung tangan karet, dan membawa hand sanitizer. Siswa juga memakai masker dan jaga jarak saat proses pembelajaran. Sebelum dan sesudah bertemu, guru maupun siswa wajib mencuci tangan pada sarana yang disediakan atau hand sanitizer yang dibawa.
Camat Pituruh Yudhie Agung menuturkan, pemkab mengapresiasi terobosan yang ditempuh SMP 40 Purworejo. Kecamatan turut memfasilitasi dengan mengirim surat kepada desa agar turut membantu sarana internet dalam pembelajaran daring.
“Desa di Pituruh sudah terjangkau internet, tapi memang ada daerah yang belum merata karena topografinya berbukit. Seluruh di Pituruh menyatakan siap mendukung proses pembelajaran itu,” ujarnya.(Jas)
DEMI BELAJAR DARING PARA SISWA DI PURWOREJO DITITIPKAN DI KANTOR-KANTOR DESA
PITURUH, Kebijakan Konsultasi Terprogram yang akan segera dilakukan sekolah di tingkat SD dan SMP memacu SMPN 40 Purworejo untuk segera melakukan pemetaan terhadap kondisi siswa selama pandemi Covid-19. Kepala SMPN 40 Purworejo Himawan Susrijadi, S.Pd, M.Pd kepada Purworejonews, Rabu (19/8) mengatakan, pihaknya telah merespon progam tersebut dengan melakukan kunjungan ke kelompok belajar (Pokjar).
“Mulai hari ini (Rabu) hingga Sabtu para guru akan mengunjungi kelompok belajar yang ada di seluruh desa di Kecamatan Pituruh. Hari ini ada 12 desa yang dikunjungi 24 guru,” kata Himawan.
Dijelaskannya, sebelum berangkat ke lokasi para guru mendapatkan pembekalan dari Kepala Puskesmas Pituruh dr. Supriyanto tentang Covid-19 serta antisipasi penyebarannya.
“Hal itu penting dilakukan agar nantinya para guru mensosialisasikan kepada siswa dan orang tua mengingat Pituruh termasuk zona merah,” ujar Himawan. Untuk itu para guru juga membekali diri dengan APD dan diharapkan selalu memperhatikan aturan protokol kesehatan.
Menurut Himawan yang pernah menjadi Kepala Sekolah Berprestasi Tahun 2019, selain untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami para peserta didik, home visit kali ini juga dilakukan untuk memetakan kondisi geografis dan medis siswa dalam sebaran zona terkait penyebaran Covid-19.
“Ini penting dilakukan agar semua pihak benar-benar aman saat menerapkan konsultasi terprogram, jangan sampai malah menimbulkan klaster baru yakni klaster sekolah,” ucap Himawan dengan nada serius.
Himawan yang juga pernah 3 kali dinobatkan sebagai guru berprestasi di Purworejo menuturkan, mulai Senin mendatang (24/8) ia akan menerapkan sistem kehadiran siswa per desa, bukan per kelas seperti yang diterapkan beberapa sekolah lain.
Hal ini, menurutnya, sebagai tindakan preventif untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan melalui deteksi dini. Itupun bila ada siswa yang keluarganya dinyatakan sebagai suspek maka tidak boleh ke sekolah.
Himawan juga telah bekerjasama dengan puskesmas setempat apabila ada siswanya yang mengeluhkan sakit saat mengikuti KBM di sekolah.
Himawan menyadari, sebagai sekolah yang sebagian siswanya berada di wilayah perbukitan, ia harus kreatif, termasuk memanfaatkan jaringan internet yang berada di balai desa untuk mengatasi kendala dalam melakukan proses KBM secara daring.
Hal itu, kata Himawan, ternyata telah memacu Camat Pituruh untuk menginstruksikan seluruh kepala desa di Pituruh agar menganggarkan pemasangan jaringan internet di desanya maaing-masing. Hal itu dilakukan untuk mensukseskan proses KBM bagi siswa yang berada di wilayah Pituruh. (Dia)
TEROBOSAN DUNIA PENDIDIKAN, SMP N 40 PURWOREJO BENTUK POKJAR PEMBELAJARAN ON-LINE
PURWOREJO, KRJOGJA.com – Pandemi Covid-19 mengubah pola pembelajaran dari tatap muka menjadi dalam jaringan (daring). Menyikapi situasi itu, SMPN 40 Purworejo membuat terobosan dengan membentuk kelompok belajar (pokjar).
Kepala SMPN 40 Purworejo Himawan Susrijadi mengatakan, pokjar menjadi bagian dari pembelajaran jarak jauh (PJJ). “Kami memberlakukan kebijakan belajar daring sejak pandemi berlangsung, namun, memang pengamatan kami ada kendala selama pembelajaran daring itu,” ungkapnya kepada KRJOGJA.com, Jumat (7/8).
Padahal dalam pembelajaran daring, lanjutnya, inovasi guru, sekolah, dan infrastruktur jaringan internet menjadi tumpuan utama. Seperti di Pituruh, katanya, tidak seluruh wilayah terjangkau sinyal internet.
Selain itu, tutur Himawan, situasi ekonomi masyarakat sedang terpukul akibat pandemi. “Jangankan membelikan android baru untuk sarana belajar anak, bahkan beli paket data pun kadang kesulitan,” tuturnya.
Pembelajaran daring juga memiliki kekurangan karena ada bagian pendidikan karakter yang sulit ditransmisikan kepada anak lewat sarana teknologi. “Guru, digugu dan ditiru, terminologi itu yang membentuk karakter anak, dengan melihat langsung kebiasaan, kesopanan, keteladana, dan wibawa guru dalam mengajar, kemudian diaplikasikan dalam hidup sehari-hari. Pola itu tidak mudah dilakukan dalam pola PJJ,” terangnya.
SMP NEGERI 40 PURWOREJO TERJUNKAN GURU KE DESA-DESA
MAGELANGEKSPRES.COM,PURWOREJO– Para guru SMP Negeri 40 Purworejo diterjunkan ke sejumlah kelompok belajar (Pokjar) di desa-desa di wilayah Kecamatan Pituruh. Mereka ditugasi untuk mengatasi kendala belajar yang dialami siswa selama penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) akibat pandemi Covid-19.
Secara resmi, pemberangkatan guru telah dilakukan mulai Rabu (19/8) kemarin. Pada tahap awal ini, ada sebanyak 24 guru mata pelajaran yang diterjunkan ke Pokjar-Pokjar di 12 desa.
“Secara resmi memberangkatan guru tahap awal untuk mengunjungi Pokjar di desa sudah kita lakukan dan akan terus berlanjut,” kata Kepala SMPN 40 Purworejo, Himawan Susrijadi, saat dikonfirmasi Jumat (21/8).
Disebutkan, penerjunan guru menjadi tindak lanjut pembentukan Pokjar di desa-desa. Saat ini, siswa SMP 40 yang tinggal satu desa dan memiliki keterbatasan akses internet, sudah mulai belajar secara daring serta terbatas, dengan difasilitasi internet desa. Menurutnya, dalam proses PJJ secara berkelompok itu mulai ada pertanyaan terkait materi yang tidak dipahami siswa.
“Para guru ini nanti akan memberikan materi langsung, menjawab pertanyaan siswa, hingga mengumpulkan tugas,” sebutnya.
Materi yang diberikan sesuai dengan bidang atau mata pelajaran guru. Sasarannya yakni siswa kelas VII, VIII, dan IX.
“Guru pelajaran memberi materi untuk tiga kelas itu, tapi kalau tugas dikumpulkan kepada gurunya masing-masing lewat koordinator Pokjar atau langsung saat guru datang,” lanjutnya.
Lwbih lanjut dijelaskan bahwa sekolah tetap menerapkan pembatasan maksimal dan protokol kesehatan dalam terobosan pembelajaran itu. Guru wajib memakai face shield, masker, sarung tangan karet, dan membawa hand sanitizer.
“Siswa juga memakai masker dan jaga jarak saat proses pembelajaran. Sebelum dan sesudah bertemu, guru maupun siswa wajib mencuci tangan pada sarana yang disediakan atau hand sanitizer yang dibawa,” jelasnya.
Terobosan yang diterapkan SMPN 40 mendapat apresiasi dari Camat Pituruh Yudhie Agung Prihatno yang juga turut memberangkatkan guru bersama Kepala Puskesmas Pituruh dr Sutrisno. Bahkan, sejak awal, Pemerintah Kecamatan juga ikut mendukung dengan memfasilitasi pengiriman surat kepada desa agar dapat membantu sarana internet dalam pembelajaran daring.
“Desa di Pituruh sudah terjangkau internet, tapi memang ada daerah yang belum merata karena topografinya berbukit. Seluruh di Pituruh menyatakan siap mendukung proses pembelajaran itu,” ungkapnya. (top)
Hikmah Pandemi Covid19 Mempersatukan Guru Senior dan Yunior Guna Menciptakan Pembelajaran Yang Menyenangkan
Sejak pandemi Covid-19 merajalela di negara kita ini profesi yang paling berat dalam menjalankan tugas profesionalitasnya adalah profesi seorang guru. Dengan perubahan kegiatan belajar mengajar yang tadinya pembelajaran langsung secara mendadak diubah menjadi pembelajaran on-line hal ini sesuai regulasi protokol kesehatan menghindari penyebaran virus covid-19. Guru harus berubah 360' proses kinerjanya bisa dibayangkan bagaimana dengan guru-guru yang kemampuan IT nya rendah yang nota bene usianya sudah cukup senior. Pastilah mereka akan merasakan kesulitan yang amat sangat disaat pembelajaran on-line.
Dari kondisi di atas, pentingnya guru bersatu untuk saling membantu di dalam proses mengajarnya selama masa pandemi Covid-19. Guru senior yang sebagian besar kemampuan IT nya kurang jangan malu untuk minta bantuan guru yunior. Kita tahu sebagian besar guru yunior pastilah memiliki kemampuan IT yang memadai. Guru yunior jangan segan untuk membantu guru senior karena memang tuntutan di era pandemi ini kemampuan IT nya sangat dibutuhkan. Bersatunya guru yunior dan guru senior di dalam mengatasi kesulitan pembelajaran on-line ini mengurangi permasalahan dalam pembelajaran on-line. Sehingga kebutuhan anak akan bimbingan belajar guru meskipun lewat on-line dapat tercukupi.
Foto : Kerjasama antara guru senior dan yunior
Kolaborasi guru senior dan yunior selain mengikis jurang pemisah diantara mereka memunculkan ide-ide kreatif dalam pembelajaran. Guru senior dengan pengalamannya memberikan masukan yang sangat berguna bagi yuniornya yang masih kurang jam terbang. Sedangkan guru yunior memunculkan kreatifitas virtual pembelajaran on-line sehingga kegiatan pembelajaran menjadi menarik dan meyenangkan. Bersatunya guru antara guru senior dan yunior ternyata mengilhami pembelajaran on-line dimasa pandemi ini menjadi pembelajaran yang menyenangkan. Menyenangkan buat guru senior karena dia bisa terbantu dan mendapatkan pengalaman baru dalam mengajar on-line serta menyenangkan juga buat guru yunior karena dia tidak canggung lagi untuk berkolaborasi dengan guru senior.
Atasi Kendala PJJ Guru SMP Negeri 40 Purworejo Kunjungi Kelompok Belajar
Belajar dari rumah di SMP Negeri 40 Purworejo akibat pandemi Corona Virus Disease berjalan tidak lancar hal ini disebabkan karena sebagian siswa tinggal di wilayah pegunungan. Untuk siswa yang tidak tinggal di wilayah pegunungan sebagian terkendala karena tidak mempunyai fasilitas jaringan internet di rumah.
Berlandaskan skala prioritas dana desa pasal 72 ayat 2 UU Nomor 6 tahun 2014 tentang desa peduli pendidikan sekolah berupaya menjalin kerjasama dengan pemerintahan desa yang intinya minta ijin pemakaian jaringan wi-fi di desa.
Dengan bantuan jaringan wi-fi desa pada akhirnya pembelajaran online di SMP Negeri 40 Purworejo dapat berjalan dengan lancar.
SUSRIJADI,H.2021.MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN ONLINE DENGAN
PEMANFAATAN WIKANDES DALAM ERA KURIKULUM DARURAT KHUSUS DI SMP NEGERI 40
PURWOREJO
ABSTRAK
Belajar dari rumah di SMP Negeri 40 Purworejo akibat
pandemi Corona Virus Disease berjalan tidak lancar hal ini disebabkan karena
sebagian siswa tinggal di wilayah pegunungan. Untuk siswa yang tidak tinggal di
wilayah pegunungan sebagian terkendala karena tidak mempunyai fasilitas
jaringan internet di rumah. Berlandaskan skala prioritas dana desa pasal 72
ayat 2 UU Nomor 6 tahun 2014 tentang desa peduli pendidikan sekolah berupaya
menjalin kerjasama dengan pemerintahan desa yang intinya minta ijin pemakaian
jaringan wi-fi di desa. Dengan bantuan jaringan wi-fi desa pada akhirnya
pembelajaran online di SMP Negeri 40 Purworejo dapat berjalan dengan lancar.
Bahkan membuka wacana pemerintah desa bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama antara sekolah, keluarga dan masyarakat apalagi dimasa pandemi sekarang
ini.
Ada lima permasalahan dalam makalah ini : (1). Apakah kondisi geografis tempat tinggal siswa dapat
menyulitkan siswa dalam menerima sinyal internet? (2). Apakah orang tua siswa mampu dalam menyediakan jaringan
internet secara mandiri di rumah? (3). Apakah orang tua siswa keberatan dalam menyediakan dana pulsa internet
untuk pembelajaran daring? (4). Apakah orang tua
siswa merasa kesulitan saat anaknya menanyakan materi pembelajaran dari guru
karena keterbatasan pemahaman orang tua terhadap materi pembelajaran? dan (5).
Apakah orang tua siswa keberatan jika harus menunggui putra-putrinya belajar di
rumah terus menerus karena tuntutan pekerjaan?
Tujuan penulisan : (1). Untuk mendapatkan solusi supaya siswa tidak kesulitan
dalam menerima sinyal internet akibat kondisi geografi tempat tinggal mereka. (2). Untuk meringankan beban orang tua siswa didalam memenuhi
kebutuhan jaringan internet secara mandiri selama pembelajaran online. (3). Untuk meringankan beban orang tua siswa di dalam memenuhi
kebutuhan dana pulsa internet selama pelaksanaan pembelajaran dalam jaringan. (4). Untuk membantu orang tua siswa dalam memdampingi
putra-putrinya belajar di rumah selama pandemi Corona Virus Disease. (5). Untuk membantu orang tua siswa untuk
tidak terus menerus menunggui putra-putrinya belajar di rumah sehingga bisa
bekerja normal kembali.
Hasil yang dicapai setelah dilakukan Pemanfaatan jaringan wi-fi kantor desa : (1). tidak ada lagi siswa yang mengeluh karena tidak ada
sinyal dalam mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (2). tidak ada lagi beban orang tua peserta didik untuk memasang jaringan
internet di rumahnya(3). tidak ada lagi
keluhan dari orang tua mereka terkait membengkaknya dana pulsa android
putra-putri mereka
(4). orang tua tidak terbebani membantu belajar putra-putrinya
lagi karena sudah ada guru pendamping, dan (5). siswa tidak perlu lagi
ditunggui belajarnya karena sudah memiliki kelompok belajar kecil di aula /atau
balai desanya.
Kata
Kunci
: pembelajaran online, Corona Virus Disease, jaringan wi-fi, kurikulum
darurat khusus.
BAB
1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah Yang Dihadapi
Sejak awal
wabah pandemi Corona Virus Disease
2019 merebak maka sistem pembelajaran harus berubah yang awalnya pembelajaran
dilaksanakan di sekolah menjadi pembelajaran di rumah.
Pembelajaran di rumah berimbas pada berubahnya pola
kegiatan belajar mengajar yang di lakukan oleh seorang guru. Guru mulai
mengoptimalkan jaringan internet untuk bisa berinteraksi dengan siswa namun
ternyata tidak semudah yang dibayangkan, utamanya di SMP Negeri 40 Purworejo.
SMP Negeri 40
Purworejo adalah sekolah yang siswa-siswinya bertempat tinggal di wilayah
pedesaan dan sebagian pegunungan. Kesulitan awal dari guru di sekolah ini
utamanya dalam menjangkau siswa saat pembelajaran dimulai sehingga kegiatan
belajar mengajar dalam jaringan tidak berjalan dengan lancar.
Oleh sebab itu
dua minggu sejak kegiatan belajar mengajar Sistem Belajar Dari Rumah atau
Sistem Pembelajaran Jarak Jauh dengan metode daring online berjalan maka SMP
Negeri 40 Purworejo mulai melaksanakan monitoring
ke rumah siswa atau peserta didik. Tujuan utama dari monitoring tersebut untuk melihat kendala-kendala yang dihadapi
siswa atau peserta didik, hasilnya ternyata sebagian siswa mengalami gangguan
sinyal internet karena kondisi lingkungan geografis dan sebagian lagi siswa belum
mempunyai jaringan internet di rumah. Selain itu pulsainternet di android siswa terus membengkak, ada lagi di rumah
hanya mempunyai satu android dan orang tua siswa sangat kesulitan di dalam
membimbing putra-putrinya terkait materi pelajaran dari guru.
Tabel 1.
Kendala yang
dihadapi siswa selama PJJ
Kondisi Geografis Rumah Siswa
Dataran
Pegunungan
GS
JI
BP
JA
PO
GS
JI
BP
JA
PO
43
212
174
324
176
120
117
89
97
120
∑ siswa
= 356
∑ siswa
= 120
∑
total siswa = 476
Keterangan : GS (Gangguan sinyal internet)
JI (Tidak ada jaringan internet di rumah)
BP (Biaya pulsa internet)
JA (Jumlah kepemilikan android di rumah)
PO (Pendampingan belajar orang tua dari rumah)
Sehubungan
dengan permasalahan-permasalahan tersebut tentu saja perlu dilakukan berbagai
upaya, solusi dan terobosan guna kelancaran pembelajaran di SMP Negeri 40
Purworejo selama pandemi. Sekolah harus berupaya agar guru dan siswa bisa
berinteraksi dalam pembelajaran meskipun dalam jaringan online. Tentu saja
perlu pendekatan birokrasi karena persoalan demografi tempat tinggal siswa,
ekonomi dan jaringan internet. Sekolah harus segera mengambil tindakan yang
konstruktif melalui pendekatan tersebut agar pembelajaran dalam jaringan ini
dapat segera berjalan normal tanpa permasalahan.
B.Perumusan Masalah
Ada lima permasalahan dalam makalah ini :
1)Apakah
kondisi geografis tempat tinggal siswa dapat menyulitkan siswa dalam menerima
sinyal internet?
2)Apakah
orang tua siswa mampu dalam menyediakan jaringan internet secara mandiri di
rumah?
3)Apakah
orang tua siswa keberatan dalam menyediakan dana pulsa internet untuk pembelajaran
daring?
4)Apakah
orang tua siswa merasa kesulitan saat anaknya menanyakan materi pembelajaran
dari guru karena keterbatasan pemahaman orang tua terhadap materi pembelajaran?
5)Apakah
orang tua siswa keberatan jika harus menunggui putra-putrinya belajar di rumah
terus menerus karena tuntutan pekerjaan?
C.Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan dari penulisan best practice ini adalah sebagai
berikut.
1)Untuk
mendapatkan solusi supaya siswa tidak kesulitan dalam menerima sinyal internet
akibat kondisi geografi tempat tinggal mereka
2)Untuk
meringankan beban orang tua siswa didalam memenuhi kebutuhan jaringan internet
secara mandiri selama pembelajaran on-line
3)Untuk
meringankan beban orang tua siswa di dalam memenuhi kebutuhan dana pulsa
internet selama pelaksanaan pembelajaran dalam jaringan
4)Untuk
membantu orang tua siswa dalam memdampingi putra-putrinya belajar di rumah
selama pandemi Corona Virus Disease.
5)Untuk
membantu orang tua siswa untuk tidak terus menerus menunggui putra-putrinya
belajar di rumah sehingga bisa bekerja normal kembali
D.Manfaat Dan Alternatif Kegiatan Yang Dilakukan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan best practice ini
adalah sebagai berikut.
1)Ditemukannya
langkah-langkah model belajar yang diyakini akan dapat menjadi pedoman atau
panduan sistem pembelajaran selama pandemi Corona
Virus Disease.
2)Diperolehnya
sistem manajemen sekolah (School
Effectiveness Research) selama pandemi Corona
Virus Disease yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan pembelajaran di
sekolah.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.Kajian Pustaka
1.Kajian
Teoritis Terhadap Masalah Pembelajaran yang Dihadapi
SMP Negeri 40 Purworejo adalah satu diantara dua sekolah
negeri di wilayah kecamatan Pituruh kabupaten Purworejo.
Wilayah kecamatan Pituruh secara umum terdiri dari dataran rendah
hingga pegunungan dengan ketinggian sekitar 10-1.000
meter diatas permukaan air laut (Mdpl).Wilayah utara kecamatan Pituruh yang
berbatasan dengan kabupaten Wonosoboberupa perbukitan hingga pegunungan dengan titik
tertinggi berada di gunung Rawa Cacing (1.035 Mdpl) yang masuk wilayah desa Pamriyan.Gunung-gunung lainnya
diantaranya gunung Pacet (840 m), gunung Kembang (716 m) dan gunung Bawuk (709 m).Sedangkan
disebelah selatan berupa dataran rendah.
(id.wikipedia.org>wiki>Pituruh,_Purworejo).
Surat Edaran
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2020
tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah (BDR) dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona virus Disease
berbunyi :
Dalam rangka
mencegah penyebaran dan penularan virus Corona Virus Disease di lingkungan
satuan pendidikan, Kemendikbud telah mengambil kebijakan untuk menutup sekolah
selama masa pandemi Corona Virus Disease. Selama masa penutupan, kegiatan belajar mengajar
dialihkan melalui Penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
Belajar Dari Rumah (BDR) selama masa darurat Corona
Virus Diseaseadalah pelaksanaan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan di
SMP Negeri 40Purworejo tahun pelajaran 2020/2021. Selama kabupaten Purworejo masih berada dalam zona
merah, orange, atau kuning dengan metode Pembelajaran
Jarah Jauh (PJJ) daring dan/atau luring yang memanfaatkanGoogleClassroom, aplikasi e-learning sekolah, grup whatsappdan aplikasi Google Drive, yang pelaksanaannya sesuai
dengan prinsip-pinsip yang tertuang dalam Surat Edaran Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam
Masa Darurat Penyebaran Corona Virus
Disease.
Program Belajar Dari Rumah (BDR) merupakan bentuk upaya membantuterselenggaranya pendidikan bagi semua
kalangan masyarakat dimasa darurat Corona Virus Disease.Dua minggu setelah masuk semester ganjil
tahun pelajaran 2020/2021 awal saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di berlakukan
yaitu pada tanggal 23 Juli 2020 terbitlah Revisi Keputusan Bersama Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam
Negeri No.01/ KB/ 2020; No.516 Tahun 2020; No.Hk.0303/ Menkes/ 363/ 2020;
No.4040.8282 untuk wilayah zona hijau dan kuning diperbolehkan dimulai Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) tatap muka terbatas. Akan tetapi dikarenakan kabupaten
Purworejo belum memasuki zona hijau dan kuning munculah SE Nomor: 425/ 1649/
2020 tentang konsep Kegiatan Belajar Mengajar dimasa pandemi Corona Virus Disease Kabupaten Purworejo Tahun 2020/ 2021 yaitu Pembelajaran
Konsultasi Terprogram (PKT) tanggal 18 Agustus 2020.
Berdasarkan
surat pernyataan (polling/voting) orang tua /atau wali siswa SMP Negeri 40
Purworejo sebagian besar orang tua ternyata tidak mengizinkan putra-putrinya
masuk sekolah dan sebagian lagi mengijinkan itupun dengan syarat sekolah
wajib menyediakan sarana prasarana
pencegahan covid-19 sehingga pembelajaran sejak tanggal 18 Agustus 2020
gabungan antara daring dan luring sampai dengan sekarang.
Tabel 2.
Rekapitulasi Surat Pernyataan (polling/voting) Orang Tua
Terkait Pembelajaran Konsultasi Terprogram
Di SMP Negeri 40 Purworejo
Kelas
Pembelajaran Konsultasi Terprogram
Jumlah Siswa Yang Mendapatkan
ijin
Jumlah Siswa Yang
Tidak Mendapatkan ijin
Jumlah Siswa
/kelas
VII
72
89
161
VIII
65
95
160
IX
76
79
155
∑
total jumlah siswa
476
Oleh karena itu sejak awal pandemi SMP Negeri 40
Purworejo lebih menekankan pada pembelajaran jarak jauh/ online meskipun dengan
metode out of the box sementara pembelajaran
tatap muka konsultasi terprogram tetap dilaksanakan di sekolah dengan protokol
kesehatan yang ketat.
Pembelajaran jarak jauh atau distance learning
ini dapat menjadipembelajaran
bermakna dan menyenangkan untuk siswa jika memenuhi 5 aspek yaitusebagai berikut.
a.Kesiapan infrastruktur (gajet dan koneksi internet); dimana memastikan
peserta yaitu guru
dan siswa memiliki sarana danprasarana
yang mendukung.
b.Kemampuan guru untuk memanfaatkan
teknologi; mengandung maksud kemampuan guru dalam memanfaatkan
mediateknologi komunikasi misalkan zoom,
penggunaan google classroom,
pre-test atau post-test dengan quiz,pemanfaatan google drive
dan lain-lain. Hal ini dibutuhkanuntuk
mentransfer knowledge kepada peserta
didik secaramenarik dan
efektif.
c.Perencanaan
pembelajaran; artinya perencanaan pembelajaranterencana dan efektif dalam keterbatasanwaktu namun guru dapat mengatur waktudengan baik.
d.Kesiapan siswa; siswa
harus siap mengikuti proses belajardaring,
artinya telah merubah mindsetbahwa belajar dari rumah samapentingnya seperti belajar di sekolah.Termasuk kesiapan dari sisi sarana danprasarananya.
e.Aturan untuk
meyelenggarakanpembelajaran dari rumah; hal ini perlu ada aturan terkait isi, proses dancara penilaian yang disepakati dandipahami oleh semua guru.
Dari hasil monitoringhome visit siswa SMP Negeri 40 Purworejo selama pembelajaran jarak
jauh diperoleh beberapa informasi terkait kendala online yang dihadapi peserta
didik. Kendala itu diantaranya ada sebagian siswa yang tidak bisa mengikuti
pembelajaran jarak jauh dikarenakan di rumahnya tidak ada sinyal internet dan
belum memiliki fasilitas jaringan internet. Apabila menggunakan pulsa dirasa
orang tua siswa sangatlah amat terbebani.
Dari kajian
tersebut dapat disimpulkan betapa beratnya SMP Negeri 40 Purworejo saat
pembelajaran jarak jauh selama pandemi Corona
Virus Disease. Terutama bagi
siswa yang di rumahnya tidak memiliki fasilitas jaringan internet serta lemah
sinyal karena tinggal di wilayah pegunungan sekaligus takut tertular covid-19
jika bertemu dengan siswa di luar desanya.
2.Alternatif
Pemecahan Masalah/Inovasi yang Dilakukan
Orientasi
kajian berawal dari kebijakan visi SMP Negeri 40 Purworejo yaitu :
“Unggul dalam mutu,
berketrampilan, berkepribadian mantap, kompetitif, dan maju bersama
masyarakat.” (KTSP, 2021: 20).
Sekolah
diharapkan mampu membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, adaptabel terhadap segala situasi, dan profesional.
Dalam rangka memenuhi harapan tersebut maka sekolah
bertekad kuat mengatasi kesulitan pembelajaran di masa pandemi ini dengan
bekerjasama dengan masyarakat, diantaranya :
a.menjalin
kerjasama dengan pemerintah kecamatan sebagai wujud koordinasi antara sekolah
dan masyarakat di dalam menghadapi pandemi Corona
Virus Diseasedi bidang pendidikan, dan
b.berkoordinasi
dengan kepala pemerintahan atau camat dengan meminta ijin permohonan pemakaian
wi-fi atau internet di lingkungan kantor desa untuk sarana pembelajarn online
siswa,
Hal ini dibuktikan dengan kepala sekolah menemui kepala
wilayah dalam hal ini camat Pituruh Yudie Agung Prihatno, S.STP.,M.M dengan
keperluan mohon bantuan kerjasamanya terkait pembelajaran online utamanya
mengizinkan siswa SMP Negeri 40 Purworejo menggunakan fasilitas internet di
desa.
c.bekerjasama
dengan pemerintah desa atau kepala desa terkait permohonan pemakaian jaringan wi-fi
di lingkungan kantor desa.
Setelah mendapatkan izin dari pihak kecamatan, kepala
sekolah mengadakan kunjungan ke desa-desa. Ada 3 desa yang dikunjungi yaitu
desa Semampir, desa Ngampel dan desa Kesawen. Sedangkan untuk desa-desa yang
lain menggunakan surat permohonan. Selain sudah mendapat informasi dari camat
Pituruh maka para kepala desa dengan keikhlasannya menerima permohonan sekolah
dengan syarat perjanjian untuk pengawasan siswa bekerjasama dengan pihak
sekolah.
d.Selain
berkoordinasi dengan pihak kecamatan sekolah juga melakukan koordinasi dengan
Puskesmas Pituruh.
Keperluannya mohon partisipasi pihak Puskesmas dalam
mengedukasi Corona Virus Diseasekepada warga SMP Negeri 40 Purworejo. Sehingga semua aman
saat menjalankan tugas pembelajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah
(Pokjar desa).
BAB
III
STRATEGI
PEMECAHAN MASALAH
A.Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Merujuk pada Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1989 Tentang SistemPendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Peran serta ketiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat
harus dapat menunjang tercapainya pendidikan bagi anak didik. Ketiga lingkungan pendidikan
tersebut mempunyai peran masing-masing di dalam proses pendidikan, serta saling
mengisi dan memperkuat satu dengan yang lainnya. Tanggung jawab pendidikan
tidak hanya pada pemerintah pusat semata, namun termasuk juga keluarga dan
masyarakat.
Merujuk dari
ajaran Ki Hajar Dewantara terkait Tri Pusat Pendidikan tersebut maka sekolah
merasa perlu menggandeng komponen masyarakat guna mengatasi kendala
pembelajaran di masa pandemi Corona Virus Diseaseini utamanya
kendala jaringan internet siswa di rumah masing-masing.
Kita mengajak
kerjasama para kepala desa untuk memfasilitasi warganya yang masih bersekolah
untuk mengijinkan belajar di aula /atau balai desa mereka.
Semenjak Surat Edaran Nomor 3 tahun
2016 terkait penyediaan layanan aplikasi dan /atau konten melalui internet (over the top) berlaku maka di setiap
desa /atau kelurahan mempunyai fasilitas internet yang dipancarkan. Selain itu
desa peduli pendidikan masuk dalam skala prioritas dana desa yang diatur dalam
Pasal 72 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014. Sehingga alasan pemilihan
strategi pemecahan masalah siswa belajar online dengan mengajak pemerintahan
tingkat desa cukuplah tepat.
B.Deskripsi
Strategi Pemecahan Masalah
Pada mulanya
sekolah mendata tempat tinggal /atau domisili siswa yang kesulitan memperoleh
jaringan internet di rumahnya. Dari data tersebut diperoleh kepastian desa mana
yang akan diajak kerjasama atau diajak koordinasi terkait pembelajaran online
karena tidak semua desa terdapat siswa SMP Negeri 40 Purworejo yang tidak
memiliki fasilitas internet.
Dikarenakan wilayah
kecamatan Pituruh memiliki demografi dataran dan pegunungan maka data jumlah
siswa yang kesulitan mendapatkan jaringan internet yang berada di ke-dua
wilayah tersebut perlu dipisahkan seperti dibawah ini.
Tabel 3.
Kondisi Domisili/atau
tempat tinggal Siswa
Jumlah Siswa Yang Kesulitan Jaringan Internet
Wilayah Dataran
Wilayah Pegunungan
43
120
∑
Jumlah Total = 163
Selanjutnya,
setelah semua data lengkap maka mula-mula ditemui dulu kepala wilayah dalam hal
ini camat Pituruh yang mempunyai wewenang terhadap semua desa yang akan kita
tuju.
Dalam pertemuan tersebut dari pihak sekolah meminta ijin
dan dukungan permohonan pemakaian wi-fi /atau internet di lingkungan kantor
desa untuk sarana pembelajarn online siswa. Dikarenakan di kecamatan Pituruh
tidak terdapat/ atau belum ada kelurahan maka yang kita sampaikan ke pihak
kecamatan adalah kantor desa.
Setelah
mendapatkan izin dan dukungan dari pihak kecamatan selanjutnya kita rencanakan
untuk menemui kepala desa namun dikarenakan jumlah desa yang akan kita ajak
kerjasama banyak maka kita ambil sampel saja sedangkan yang lain kita kirim
surat permohonan /atau surat ijin serta pemberian stiker terkait Corona Virus Disease. Untuk sampel kita ambil 3 desa yaitu desa Kesawen, desa
Ngampel dan desa Semampir. Hasil dari kunjungan ketiga desa tersebut para
kepala desa dan perangkat desa sangat mendukung dan siap membantu para siswa
dalam mendapatkan layanan internet di balai /atau aula desa mereka apalagi para
siswa tersebut warga desa mereka sendiri yang kesulitan belajar akibat
keterbatasan sarana jaringan internet.
Dikarenakan
terdapat beberapa desa dengan jumlah siswa yang tidak terfasilitasi jaringan
internet cukup banyak maka sebelum pelaksanaan kegiatan dibentuklah kelompok
belajar /atau pokjar-pokjar dimana setiap pokjar akan dibimbing oleh satu guru
pendamping.
Dalam satu desa bisa terdapat lebih dari satu pokjar.
Setelah pokjar-pokjar tersebut selesai disusun barulah kegiatan pembelajaran online
bagi siswa yang tidak terfasilitasi jaringan internet bisa dilaksanakan.
Dalam
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sebagian siswa yang tidak terfasilitasi jaringan
internet di rumah akhirnya dilaksanakan di balai/aula desa mereka
masing-masing. Meskipun di bale desa mereka tetap bersikap resmi dengan memakai
seragam sekolah lengkap hal ini guna membantu masyarakat dalam melakukan
pengawasan terhadap para siswa tersebut. Dikarenakan para siswa itu warga desa
sendiri maka tempat belajar yang di sediakan oleh pihak desa sangatlah lengkap meliputi
ruangan belajar yang baik, meja kursi belajar dan tentunya tersedia fasilitas
internet gratis.
Seminggu
sekali para guru pendamping dikirim ke desa-desa guna menemui para siswa keperluan
bermacam-macam selain persoalan pembelajaran juga melepas rasa kangen diantara
mereka. Tentunya pengiriman guru oleh pihak sekolah tersebut dengan mematuhi
protokol kesehatan yang sangat ketat. Dan selama sebulan sekali dikirimlah
guru-guru mata pelajaran guna sedikit memberikan penjelasan terkait materi
secara langsung meskipun dalam kelompok kecil pokjar-pokjar desa (konsultasi
terprogram).
Sumber daya
yang dibutuhkan dalam kegiatan ini meliputi sumber daya material dan non
material. Untuk sumber daya material utamanya jaringan wi-fi dan peralatan Information Technology sedang untuk yang
non material berupa kemampuan mengoperasikan Information Technology utamanya aplikasi-aplikasi pembelajaran yang
meliputi GoogleClassroom, Google Drive, grup whatsappdan sebagainya.
Dalam kegiatan
pembelajaran ini beberapa pihak telah ikut terlibat baik langsung maupun tidak
langsung. Secara tidak langsung utamanya camat Pituruh bapak Yudhie Agung
Prihatno, S.STP.,M.M dan para kepala desa serta masyarakat Pituruh. Sedangkan
yang secara langsung bapak /atau ibu guru SMP Negeri 40 Purworejo dan orang tua
siswa wali murid.
Selain itu karena masih dalam situasi pandemi Covid-19
maka pihak sekolah juga tidak lupa menggandeng Puskesmas kecamatan Pituruh guna
mengedukasi kepada para guru dan siswa terkait akan bahaya virus Corona Virus Disease (Covid-19).
C.Hasil Kegiatan
Dari kegiatan
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) online dengan melibatkan /atau kerjasama dengan
pemerintah desa terkait jaringan wi-fi maka kesulitan-kesulitan masalah
jaringan internet bisa teratasi dengan baik. Selain pembelajaran berjalan
lancar dari sisi siswa mereka merasa sekolah tetap jalan meskipun di aula desa
karena ada jadwal mata pelajaran, guru pendamping dan mereka boleh memakai
seragam sekolah. Dari sisi pendidik, tidak ada lagi kesulitan saat mereka menyampaikan
materi pelajaran.
1.Keunggulan
Kegiatan PJJ online yang dilakukan SMP Negeri 40
Purworejo ternyata mampu mengatasi permasalahan siswa dan orang tua murid yaitu
a.tidak
ada lagi siswa yang mengeluh karena tidak ada sinyal dalam mengikuti
Pembelajaran Jarak Jauh,
b.tidak
ada lagi beban orang tua peserta didik untuk memasang jaringan internet di
rumahnya,
c.tidak
ada lagi keluhan dari orang tua mereka terkait membengkaknya dana pulsa android
putra-putri mereka,
d.orang
tua tidak terbebani membantu belajar putra-putrinya lagi karena sudah ada guru
pendamping,
e.siswa
tidak perlu lagi ditunggui belajarnya karena sudah memiliki kelompok belajar
kecil di aula /atau balai desanya.
2. Kendala
Pembelajaran model Day
Care akibat pandemi Corona Virus Diseaseini pastinya akan memunculkan banyak
permasalahan. Masalah /atau kendala tersebut diantaranya
a.karena
tidak setiap hari ada guru datang ke lokasi maka pengawasan ketertiban
kedatangan dan kepulangan siswa di lokasi /atau balai desa kurang terpantau
dengan baik,
b.ketidak
percayaan guru saat memberi tugas mandiri kepada siswanya utamanya yang kelas
rendah karena mereka belajarnya bersama dengan siswa kelas atasnya,
c.sekolah
tidak bisa terus memantau waktu belajar siswa jika siswa datang ke balai desa
di luar jam pembelajarannya,
d.sekolah
tidak mampu mengontrol pergaulan siswa di lokasi belajarnya (aula /atau balai
desa) apakah mereka hanya bergaul dengan sesama siswa atau anak lain yang
bermain di balai desa,
e.sekolah
tidak mampu melarang siswa yang memiliki fasilitas internet di rumahnya bila
ingin datang belajar bersama teman-temannya di pokjar /atau balai desa.
3.Solusi
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka solusi yang
bisa di terapkan oleh sekolah bersama-sama dengan pihak desa adalah sebagai
berikut:
a.di
setiap desa dibuatkan absensi kehadiran dan kepulangan siswa yang diampu oleh
salah satu ketua pokjar secara bergiliran,
b.jika
ada ulangan /atau tugas mandiri hanya diberikan di saat para guru pendamping
datang ke desa,
c.dibuat
aturan /atau kesepakatan dengan pihak desa jika sekolah hanya mengijinkan
siswanya pakai internet desa hanya saat jam pembelajaran jarak jauh selain itu
mohon pihak desa untuk melarangnya,
d.untuk
membedakan antara siswa dengan anak lain yang bermain di balai desa maka siswa
diwajibkan memakai baju seragam lengkap dihari itu, harapannya ada keengganan
dari pihak luar untuk bergaul dengan siswa,
e.daftar
nama siswa yang diperbolehkan memakai fasilitas internet di desa tersebut
dipasang di papan informasi sehingga siswa yang namanya tidak ada di situ tidak
berani untuk ikut belajar di balai desa.
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan dan pembahasan yang telah diuraikan di muka, dapat diperoleh simpulan sebagai berikut bahwa pembelajaran online yang diakibatkan merebaknya Corona Virus Disease 2019 di Indonesia dapat kita hadapi bersama-sama apabila kita saling bergandeng tangan untuk menghadapi permasalahan pandemi ini. Tidak hanya di sekolah instansi lainnyapun merasakan dampaknya oleh karena itu suatu keniscayaan apabila sekolah demi kepentingan peserta didik minta bantuan instansi lain guna memecahkan permasalahan ini.
Seperti di SMP Negeri 40 Purworejo dikarenakan kondisi geografis tempat tinggal, keterbatasan ekonomi orang tua /atau masyarakat mengakibatkan pembelajaran daring menjadi begitu menyulitkan. Namun berkat kerjasama antara sekolah dengan pemerintahan setempat dalam hal ini pihak kecamatan keterbatasan sebagian orang tua siswa tersebut dapat teatasi dengan baik, diantaranya:
1.kondisi geografis yang tidak dilalui sinyal internet sudah tidak lagi menghambat siswa untuk ikut belajar online karena ada sumber sinyal yang bisa dipakai untuk belajar dengan nyaman yaitu wi-fi kantor desa. Hal ini berdampak pada tidak perlu lagi orang tua memikirkan tentang dana pulsa dan pemasangan jaringan internet di rumahnya.
2.dengan adanya guru pendamping orang tua tidak perlu lagi ikut belajar mendampingi putra-putrinya saat pembelajaran online berlangsung, dan
3.keberadaan pokjar di setiap desa memberi kebebasan kepada orang tua untuk bisa kembali bekerja untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya.
B.Saran/Rekomendasi
Harapan penulis mengenai persoalan pembelajaran online yang sedang dihadapi oleh banyak sekolah marilah kita membuka diri bekerjasama dengan masyarakat, jangan mengeluh, jangan eksklusif karena pandemi ini dirasakan oleh kita semua tidak hanya di sekolah.
Persoalan jaringan tidak akan selesai dengan memaksakan orang tua dan anak didik untuk mencukupi sarana dan prasarananya sendiri sementara sekolah tidak bisa menciptakan solusi ataupun terobosan alternatif meskipun out of the box.
Seperti halnya di SMP Negeri 40 Purworejo dengan begitu banyak keterbatasan ekonomi, demografi dan geografi tempat tinggal siswa nampaknya sulit untuk bisa melaksanakan pembelajaran online secara mantap namun berkat kerjasama, bantuan dan kesepahaman pihak luar dalam hal ini pemerintahan desa dan kecamatan maka permasalahan PJJ online dapat teratasi.
Akhirnya, semoga pengalaman SMP Negeri 40 Purworejo dalam menghadapi pembelajaran online ini bisa memberi sedikit sumbangan pemikiran khususnya bagi para kepala sekolah dan dunia pendidikan pada umumnya. Apa yang kita kerjakan semata-mata demi anak didik dan generasi penerus bangsa ini, jangan sampai kita kehilangan satu generasi dikarenakan pandemi Corona Virus Disease 2019 yang tidak berkesudahan.
Satgas Pencegahan
Dan Penanggulangan Covid-19 Badan POM, 2020. Serba Covid : Cegah COVID-19 sehat
untuk semua. Jakarta Pusat: Badan POM.
Kemendikbud,
2020. PANDUAN PEMBELAJARAN JARAK JAUH; Bagi GURU selama Sekolah Tutup dan
Pandemi Covid-19 dengan semangat Merdeka Belajar. Jakarta. Dirjend Guru dan Tendik
Kemendikbud.
Tim
PenyusunKTSP, 2021.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP Negeri 40 Purworejo. Purworejo.
LAMPIRAN 1
Home
visit monitoring kunjungan ke rumah siswa dimasa pandemi Corona Virus Disease;
seperti gambar 1 - 3 berikut ini :
Gambar 1
Kesiapan kepala sekolah menjelang home visit
dikarenakan sudah dua minggu siswa melaksanakan PJJ
on-line
Gambar 2
Kepala sekolah kunjungan home visit di rumah siswa
melihat situasi siswa belajar daring /atau dalam jaringan
Gambar 3
Di rumah siswa sedang belajar di temani orang tua dan
kakak selanjutnya kepala sekolah menanyakan suka duka saat pembelajaran on-line
di rumah
LAMPIRAN 2
Kunjungan
Kepala Sekolah ke desa Semampir, Ngampel dan Kesawen guna permohonan izin
penggunaan sarana jaringan internet di desa; seperti gambar 4 - 7 berikut ini :
Gambar 4
Kunjungan kepala sekolah ke desa kesawen ditemui kades
Kesawen Muhamad Wahidin sambil menempelkan stiker 5 hal penting cegah COVID-19
di kantor desa.
Gambar 5
Kunjungan kepala sekolah ke desa Semampir ditemui kades
Semampir Susanto selanjutnya bersama-sama menempelkan stiker 5 hal penting
cegah COVID-19 di kantor desa Semampir.
Gambar 6
Kunjungan kepala sekolah ke desa Ngampel bersama waka
kesiswaan juga di temuai kades ngampel dilanjut pemasangan stiker
Gambar 7
Stiker pengingat akan bahaya Corona
Virus Disease sebagai ujud
partisipasi sekolah dalam mencegahan penyebaran virus covid-19
di masyarakat
LAMPIRAN 3
Pokjar /atau Kelompok belajar siswa SMP Negeri 40
Purworejo yang terbentuk karena PJJ yang diakibatkan kendala jaringan internet;
seperti gambar 8 - 11 berikut ini :
Gambar 8
Kelompok belajar /atau Pokjar siswa di desa Kaligintung
dan Kaligondang
Gambar 9
Kelompok belajar /atau Pokjar siswa di desa Kalijering
dan Kedungbatur
Gambar 10
Kelompok belajar /atau Pokjar siswa di desa Kemranggen
dan Munggangsari
Gambar 11
Kelompok belajar /atau Pokjar siswa di desa Pamriyan dan
Polowangi
LAMPIRAN 4
Suasana di saat siswa belajar mandiri on-line di bale
desa (foto kiriman perangkat desa) ; seperti gambar 12 - 14 berikut ini :
Gambar 12
Pembelajaran on-line di desa Sawangan
Gambar 13
Pembelajaran on-line di desa Somogede
Gambar 14
Pembelajaran on-line di desa Wonosido
LAMPIRAN 5
Pemberangkatan guru
ke desa-desa dalam rangka pendampingan
disetiap kelompok
belajar; seperti gambar 15 - 18 berikut ini :
Gambar 15
Dilepas oleh bapak kepala sekolah di dampingi bapak Camat
Pituruh dan Kepala Puskesmas kecamatan Pituruh
Gambar 16
Medan yang harus di tempuh oleh bapak/ibu guru saat
pendampingan siswa di setiap pokjar desa
Gambar 17
Sampai lokasi di bale desa /atau aula desa dengan selamat
dan semangat
Gambar 18
Ketemuan dulu /atau menghadap bapak dan ibu Kepala Desa
mohon ijin untuk mendampingi belajar anak didik
LAMPIRAN 6
Suasana
pendampingan siswa belajar di bale desa /aula desa maing-masing selama pandemi Corona Virus Disease; seperti gambar 19 – 26 berikut
ini :
Gambar 19
Bapak dan ibu guru nampak serius melakukan pembimbingan
di bale desa Brengkol dan Girigondo
Gambar 20
Beginilah kondisi aula desa /atau bale desa yang dipakai
belajar on-line siswa-siswi SMP Negeri 40 Purworejo
Gambar 21
Semangat dari guru SMP Negeri 40 Purworejo patut
diapresiasi meskipun mendampingi siswa belajar di pokjar dalam jumlah siswa
yang sedikit
Gambar 22
Keterbatasan tak menyurutkan anak-anak desa Kapiteran
memanfaatkan meja tenis meja dan meja tamu untuk belajar
Gambar 23
Menyulap aula desa menjadi mirip ruang kelas di desa
Sikambang cara guru menghilngkan rasa kangen siswa di sekolah
Gambar 24
Belajar di teras aula desa Blekathuk menjadi pilihan guru
pendamping ini sementara 3 siswa di desa Kedung Batur mendapat les privat dari
guru
Gambar 25
Meskipun tanpa papan tulis guru memberi materi pada siswa
di desa Keburusan sementara anak-anak desa Kluwung mendengar guru ceramah
Gambar 26
Di desa Kalimati dan Desa Pepe guru memberikan materi
yang sulit dipahami siswa lewat daring on-line, dan nampak semua siswa serius