Selasa, 15 Februari 2022

MENGUPAS KURIKULUM MERDEKA BELAJAR



MENGUPAS KURIKULUM MERDEKA BELAJAR


Kemarin (Jum'at, 11 Februari 2022), baru saja kita menonton peluncuran Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka mengajar yang diluncurkan oleh Bapak Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Ramai sekali yang menyaksikan acaranya, dan sampai saat ini terus bertambah jumlahnya di youtube channel kemdikbudristek. Bagi saya secara pribadi, pemaparan beliau sangat bagus, semoga implementasinya juga bagus.

Merdeka Belajar epidose 15 ini bagi saya sangat luar biasa. Sebab mas menteri telah menjawab kegalauan banyak orang selama masa pandemi ini. Terutama para guru dan orang tua murid yang merasa anaknya memerlukan pelayanan khusus di masa pandemi ini. Tentu saja dibutuhkan kurikulum yang berpihak kepada peserta didik. Juga berpihak kepada guru, terutama yang sudah mendapatkan Tunjangan Profesi Guru (TPG) agar tidak terganggu. Alhamdulillah Mas menteri sudah menyampaikan itu dalam paparannya, sehingga membuat tenang para guru yang kehilangan dan kekurangan jam mengajar.

Hari kemarin, (Jumat 11/02/2022) Mas Menteri Nadiem Makarim telah meluncurkan Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Saya ikut menyaksikannya secara langsung di youtube chanel kemdikbudristek. Kemudian menyimak sedikit demi sedikit paparan yang mas menteri sampaikan. Terus terang saya sangat menyukai presentasi beliau yang memukau. Banyak informasi baru yang beliau sampaikan, dan tentu saja ditunggu oleh masyarakat berpengetahuan.

Studi-studi nasional maupun internasional, salah satunya Program for Internasional Student Assessment, menunjukkan bahwa banyak siswa kita yang tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Skor PISA tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10 sampai 15 tahun terakhir. Sekitar 70% siswa usia 15 tahun berada dibawah kompetensi minimum membaca dan matematika. Studi tersebut memperlihatkan adanya kesenjangan besar antar wilayah dan antar kelompok sosial ekonomi dalam hal kualitas belajar. Setelah pandemi, krisis belajar ini menjadi semakin parah. Kalau kita tidak turun tangan langsung, akan banyak anak yang learning loss. Itulah yang sama-sama kita khawatirkan.

Pertama, Kurikulum Merdeka disusun untuk mengatasi krisis pembelajaran (learning loss)

Salah satu program cepat tanggap kementerian pendidikan dan kebudayaan dalam menangani pandemi adalah membuat Kurikulum Darurat dengan memangkas materi kurikulum 2013 sampai ke materi esensial saja. Ketika ditawarkan ke sekolah-sekolah, sekitar 31,5% sekolah mengadopsi Kurikulum Darurat ini, dan hasilnya sangat menggembirakan. Sekolah-sekolah yang menggunakan Kurikulum Darurat lebih sedikit mengalami learning loss daripada sekolah yang tetap full menggunakan Kurikulum 2013. Data lengkapnya bisa dibaca di Naskah Akademik. Kurikulum Merdeka adalah penyempurnaan dari kurikulum darurat ini. Krisis pembelajaran diperparah oleh pandemi COVID-19 dengan hilangnya pembelajaran (learning loss) dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran 

Sebelum pandemi, kemajuan belajar selama satu tahun (kelas 1 SD) adalah sebesar 129 poin untuk literasi dan 78 poin untuk numerasi. Setelah pandemi, kemajuan belajar selama kelas 1 berkurang secara signifikan (learning loss). Untuk literasi, learning loss ini setara dengan 6 bulan belajar. Untuk numerasi, learning loss tersebut setara dengan 5 bulan belajar.

(Diambil dari sampel 3.391 siswa SD dari 7 Kab/ Kota di 4 provinsi, pada bulan Januari 2020 dan April 2021)

Kedua, Tidak ada paksaan dalam penerapan kurikulum merdeka

Sekolah boleh memilih salah satu dari tiga kurikulum sesuai kesiapannya: tetap pakai Kurikulum 2013, memakai Kurikulum Darurat, atau mencoba Kurikulum Merdeka (boleh secara bertahap). Kepala sekolah dipersilahkan untuk memilih kurikulum yang tepat dan cocok dengan berdiskusi dengan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) serta Kepala Dinas Pendidikan di daerahnya masing-masing.

Ketiga, Keunggulan Kurikulum Merdeka

Lebih sederhana dan mendalam. Materinya lebih sedikit, hanya yang esensial, sehingga murid dan guru bisa punya kemewahan waktu untuk mendalami suatu tema. Lebih merdeka

Tidak ada peminatan di level SMA, murid-murid bisa memilih mata pelajaran sendiri. Guru-guru bisa mengajar sesuai capaian peserta didik (capaian pembelajaran dihitung per fase, bukan per tahun). Sekolah boleh mengembangkan kurikulum sendiri sesuai karakteristik sekolah dan siswa. 

Lebih relevan dan interaktif. Karena materi lebih sedikit, ada waktu untuk pembelajaran berbasis projek, dengan tujuan mengasah satu atau beberapa karakter di profil pelajar pancasila (berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong-royong, kreatif, bernalar kritis, mandiri). Dua puluh persen dari jam pelajaran digunakan untuk projek-projek aktual lintas mata pelajaran, misalnya tentang climate change, kebencanaan, krisis kesehatan, isu toleransi, dan lain lain.

Keempat, Dukungan penerapan Kurikulum Merdeka

Kemdikbud menyediakan perangkat ajar : buku teks, modul, dan lain lain. Kemdikbud menyediakan pelatihan guru. Ada jaminan jam mengajar dan tunjangan profesi guru.

Kelima, Platform Merdeka Mengajar

Selain itu, penerapan Kurikulum Merdeka juga didukung oleh Platform Merdeka Mengajar. Platform Merdeka Mengajar membantu guru dalam mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman untuk menerapkan Kurikulum Merdeka. Sebuah platform untuk guru untuk memudahkan guru dalam : mengajar, belajar, dan berkarya. Sampai sekarang sudah tersedia 2000 perangkat ajar (tool kit) untuk mengajar, video-video inspirasi, dan video pelatihan guru yang bisa ditonton secara mandiri, dan asesmen diagnostik untuk mengases level pemahaman peserta didik agar guru bisa mengajar sesuai kemampuan anak (teaching at the right level). 

Begitulah SEDIKIT kupasan penting dari apa yang disampaikan Mendikbudristek Nadiem Makarim kemarin. Semoga bermanfaat untuk pembaca yang ingin tahu lebih jauh tentang Kurikulum Merdeka yang baru saja diluncurkan. Kita berharap anak-anak Indonesia terlayani dengan baik sesuai dengan kurikulum yang diterapkan di sekolah.


Salam Blogger Persahabatan
Pak HIM
KS Blogger Indonesia

Minggu, 13 Februari 2022

CURHATAN SEORANG GURU PENGGERAK

 

CURHATAN SEORANG GURU PENGGERAK


Dalam dunia bubur. Ada bubur diaduk dan ada bubur tidak diaduk. Keduanya sama-sama nikmat. Tinggal kita mensyukuri apa yang kita makan. Saya sendiri lebih suka bubur yang diaduk. Saya pun bergabung ke dalam komunitas bubur yang diaduk.
Bubur yang sudah diaduk bagi saya lebih nikmat. Sebab santannya sudah menyatu dengan bubur kacang hijau dan ketan hitam. Rasanya super duper. Enak sekali. Mak nyus kata orang yang suka wisata kuliner.
Dalam kegiatan menjadi Calon Guru Penggerak atau CGP demikian juga. Kita terasa diaduk-aduk untuk menulis essay yang panjang. Bagi yang tak biasa menulis pasti akan gagal dalam seleksi cgp. Tapi bagi mereka yang sudah terbiasa menulis fiksi akan sangat mudah sekali.
Setelah itu masuklah pada tahap simulasi mengajar. Bagi anda yang tak siap jaringan internet, jangan harap bisa lulus walaupun anda sudah terbiasa mengajar. Oleh karena itu, pastikan jaringan internet di tempat anda stabil. Assesor CGP tak akan mau peduli bila jaringan di tempat anda lemot.
Setelah proses simulasi mengajar, anda akan masuk proses wawancara. Di sinilah anda akan dinyatakan lulus atau tidak lulus menjadi Calon Guru Penggerak Kemdikbudristek. Itulah proses yang akan anda lalui dalam seleksi CGP.
Seorang CGP yang sudah ikut diklat curhat kepada saya. Beliau curhat setelah membaca tulisan Red carpet for mover teachers.
Berikut curhatannya dan namanya saya rahasiakan. Semoga membuat kita punya rasa empati kepada para CGP.

Assalamualaikum wr.wb.  
Ngapunten sebelumnya dengan tidak mengurangi hormat saya. Bagi saya mendaftar sebagai guru penggerak bukan untuk mencari kedudukan kursi merah pak.... 
Kami dan saya khususnya ingin agar pendidikan ini maju. Tak lebih dan tak kurang. 

Saya pernah mengajar di pelosok ikut kemenag bahkan tidak digaji pak karena emis bermasalah. 
Tahukah pak Himawan perjalanan menjadi guru penggerak sangat menyakitkan jatuh bangun membangun komunitas supaya mau tergerak, bergerak dan menggerakkan. 

Mereka mengece kami para guru penggerak tapi pada saat monggo ikut guru penggerak supaya tahu suka dukanya. 
Seperti teman-temen saya ketika saya ajak, yang mau saya merasa bersyukur, karena ada teman yang semisi. Dan ada pula yang tidak mau tapi dia merasa dirinya lebih layak memimpin karena merasa sudah senior...tapi setelah saya tanya lebih jauh karena alasan tak sanggup dengan tugas CGP. 
Saya membangun semangatnya kalau dia juga bisa namun alasannya anak dan lain lain. 

Pak Himawan selama saya jadi CGP setiap kali saya berfikir bagaimana cara merancang pembelajaran yang bagus bagi murid. Mereka tidak tahu perihnya kami...hinaan kami terima pak. Jika karena jabatan mereka menyakiti kami. Saya pribadi tidak menginginkan kursi merah itu. 
CGP membangun pola pikir yang negatif menjadi energi positif ...demi kemajuan bersama. Karena bagi kami kolaborasi adalah pembangun yang kuat. Tulisan bapak membuat saya menangis.

----++++++++------+++++

Terus terang saya sangat berempati dengan cerita tersebut. Sebab tidak mudah menjadi guru penggerak. Apalagi menjadi guru penggerak versi Kemdikbudristek. 
Tahukah anda bahwa menjadi guru pelopor jauh lebih berat lagi. Sebab tak ada dan tak ada yang mau membantu ketika awal memulai. Itulah mengapa guru pelopor adalah guru yang mampu memimpin dan bukan menjadi pengekor. Mereka mampu menjadi pelopor dan agen perubahan di sekolahnya masing-masing.

Baginya bergerak dengan hati adalah kunci untuk membuat muridnya bergerak dan belajar sepanjang hayat. Filosofi Ki hajar Dewantara selalu dipegangnya. Tak ada dana dari pemerintah. Semua dikerjakan dengan cara-cara yang bijak dan terhormat sehingga mereka mampu menjadi guru tangguh berhati cahaya. Mereka juga belajar filosofi sang pencerah kyai Haji Ahmad Dahlan. Supaya banyak guru memahami filosofi guru pelopor. Bukan hanya sekedar menjadi guru penggerak yang digerakkan.

Guru penggerak versi Kemdikbud ristek dibiayai oleh negara. Mulai dari pembuatan learning manajemen sistem (lms) sampai nanti diklatnya. Oleh karenanya wajar kalau anda dilatih menjadi guru yang mampu memberikan aksi nyata sebab anda telah dibiayai oleh uang negara yang diambil dari pajak rakyat. Biaya yang sangat mahal itu harus anda bayar dengan menjadi guru penggerak.

Saya ucapkan selamat kepada anda yang sudah melalui proses CGP. Sebab anda melaluinya dengan penuh perjuangan nyata. Tapi ingatlah selalu bahwa apa yang anda lakukan adalah untuk memperbaiki diri anda sendiri. Setelah itu anda bagikan kepada guru lainnya. Itulah yang telah dilakukan oleh guru mitra dan guru imbas versi Kemdikbud sebelumnya. Jadi saya belum menemukan hal baru selain menggunakan sistem learning manajemen sistem atau lms dan kepemimpinan pembelajaran. Jadi diklatnya tidak otomatis untuk menjadikan CGP sebagai calon kepala sekolah.

Jadi kalau anda terpilih menjadi guru penggerak dan mendapatkan sertifikat guru penggerak, gunakan sertifikat itu untuk membuat aksi nyata. Tunjukkan bahwa ilmu yang didapat selama diklat bisa anda tularkan kepada guru yang tidak ikut diklat. Bukan kepada sesama guru yang ikutan diklat.

Setiap program yang dibuat oleh Kemdikbudristek pasti akan mengundang pro dan kontra. Termasuk juga program guru penggerak. Jadi ikuti terus programnya dan kritisi kekurangan program tersebut. Dengan demikian anda menjadi guru penggerak dan bukan guru yang digerakkan Kemdikbudristek.



KATA-KATA BIJAK ISLAMI
:

" Janganlah kamu berburuk sangka dari kata-kata yang keluar dari mulut saudaramu, sementara kamu masih bisa menemukan makna lain yang lebih baik. "
( Umar bin Khattab )


Salam blogger persahabatan
Pak HIM
KS blogger Indonesia

HIMAWAN SUSRIJADI, S.Pd.,M.Pd.

  GURU PERLU AKTIF BERLITERASI Oleh : HIMAWAN SUSRIJADI, S.Pd.,M.Pd. Kepala SMP Negeri 12 Purworejo KURIKULUM Merdeka adalah kurikulum denga...