Sabtu, 04 Maret 2023

HIMAWAN SUSRIJADI, S.Pd.,M.Pd.

 


GURU PERLU AKTIF BERLITERASI

Oleh :
HIMAWAN SUSRIJADI, S.Pd.,M.Pd.
Kepala SMP Negeri 12 Purworejo


KURIKULUM Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler beragam, lebih mengutamakan kompetensi pelajar agar memiliki cukup waktu untuk mendalami capaian pembelajaran sesuai kebutuhan belajar dan minatnya. Guru sebagai penggerak merdeka belajar, bukan hanya mampu mengajar dan mengelola kelas, tetapi juga harus mampu membangun hubungan efektif dalam komunitas sekolah, memiliki kompetensi peta kemampuan, memahami pelajar, mengembangkan kompetensi, berfokus pada materi esensial, berorientasi holistik, dan menumbuhkan karakter Profil Pelajar Pancasila.

Pelajar adalah individu yang ikut serta dalam proses belajar, terlibat aktif dalam kegiatan pengembangan potensi diri untuk dapat melaksanakan tugas sebagai makhluk Tuhan, umat manusia, warga negara melalui proses pembelajaran di satuan pendidikan. Dengan berbagai macam perbedaan kemampuan, bakat, minat, bahasa, dan kebudayaan mereka di satuan pendidikan berhak mendapatkan layanan yang terbaik, terutama dari guru.

Guru adalah pendidik profesional, diharapkan memiliki wawasan pengetahuan yang luas, mampu merancang, mengembangkan pengalaman belajar sesuai minat kebutuhan pelajar dengan mengintegrasikan berbagai media dan sumber belajar, mampu mendorong pelajar untuk memiliki ketrampilan berpikir tinggi, serta memiliki Profil Pelajar Pancasila. Untuk itu guru perlu aktif berliterasi. 
Literasi adalah suatu keterampilan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan, yang diperlukan untuk mengembangkan potensi dalam kehidupan sehari-hari maupun bermasyarakat, meliputi literasi baca tulis, numerisasi, sains, digital, finansial, budaya, dan kewarganegaraan.

Literasi baca tulis adalah pengetahuan, kecakapan, untuk mencari, menelusuri, membaca, menulis, mengolah, memahami, menganalisis, menanggapi informasi dalam rangka berpartisipasi, berkomunikasi di lingkungan masyarakat. Dan ini akan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Literasi numerasi adalah pengetahuan, ketrampilan dalam mengaplikasikan bilangan dan simbol matematika untuk memecahkan, menyelesaikan masalah praktis dan riil dalam berbagai kontek kehidupan sehari-hari yang mungkin tidak terstruktur, memiliki banyak cara penyelesaian, atau bahkan tidak ada penyelesaian.
Literasi sains adalah pengetahuan dan kecakapan ilmiah yang dimiliki individu untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil kesimpulan berdasarkan fakta. Memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, inteklektual, dan budaya. Serta kemampuan untuk terlibat dan peduli terhadap isu yang terkait sains. Melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferensi dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
Literasi digital adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan media sosial dan e-mail untuk memaksimalkan pembelajaran, aplikasi meeting untuk pembelajaran online, alat komunikasi, atau jaringan informasi dari komputer. Dengan tetap berdasar pada empat pilar, yaitu etika kehidupan sehari-hari, budaya membangun wawasan kebangsaan, nilai pancasila dan kebhinekaan, ketrampilan memanfaatkan teknologi informasi.
Literasi finansial adalah kepemilikan pengetahuandan ketrampilan dalam mengaplikasikan pemahaman konsep dan resiko, ketrampilan tentang pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya agar dapat membuat keputusan yang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan finansial individu, sosial dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.
Literasi budaya dan kewarganegaraan merupakan kemampuan individu dalam bersikap terhadap lingkungan sosial dengan mengembangkan budaya nasional, membangun, dan melestarikan identitas bangsa ditengah masyarakat global serta tetap memahami hak kewajiban sebagai warga negara.

Kurikulum Merdeka memberikan kesempatan kepada pelajar untuk belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya, belajar diskusi, kolaborasi, presentasi ataupun browsing dengan internet dalam menyelesakan berbagai persoalan dengan penuh kebahagiaan. Dan melalui browsing, pelajar akan memperoleh berbagai macam pengetahuan ataupun hal-hal baru.
Guru sebagai pendidik profesional, dalam menyelenggarakan pembelajaran harus berorientasi kepada pelajar, sesuai minat kebutuhan pelajar, mendorong pelajar untuk memiliki ketrampilan berpikir tinggi, serta memiliki Profil Pelajar Pancasila. Selain itu, guru juga menjadi model bagi pelajar untuk mewujudkan perilaku dan karakter dalam olah pikir, hati dan rasa. Karena itu, guru harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan baru. Itu bisa diperoleh melalui kegiatan literasi. Karena itu, agar mampu memberikan layanan yang terbaik bagi pelajar dan pengetahuannya selalu ter-update yang terbaru, maka guru perlu aktif berliterasi.


- Himawan Susrijadi, S.Pd.,M.Pd, Kepala Sekolah Berprestasi, mantan Guru Berprestasi, Tutor            Universitas Terbuka dan Kepala SMP Negeri 12 Purworejo.

Sabtu, 11 Februari 2023

MENDIDIK ANAK BERPIKIR HOTS

 

MENDIDIK ANAK BERPIKIR 
HIGHER ORDER THINKING SKILL


Oleh :
Himawan Susrijadi, S.Pd.,M.Pd.



Kegiatan pelatihan/diklat di hotel Sanjaya, Purworejo selama dua hari dari tanggal 30 s.d 31 Januari 2023 tentang pembuatan soal literasi dan numerasi yang diprakarsai MKKS SMP kabupaten Purworejo tidak terlepas dari cara berpikir tingkat tinggi (HOTS).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) terjadi jika seseorang mampu menyimpan informasi baru kemudian mengaitkannya, menata ulang, dan memanfaatkan informasi tersebut untuk memecahkan masalah tertentu.
Ketika seorang siswa hanya mampu menerima informasi, namun belum mampu mencapai ilmu, maka dapat dikatakan siswa tersebut belum sampai pada tataran berpikir HOTS. Kondisi yang terjadi dilapangan, siswa belum mampu memosisikan diri dalam kondisi HOTS. Iklim pembelajaran yang dibentuk oleh guru belum bersifat HOTS, sehingga mau tidak mau siswa masih dalam level low atau middle. Guru masih bingung dalam melatih siswa khususnya di tingkat menengah untuk dapat berpikir kritis. Guru memiliki kekhawatiran jika siswa diajak berpikir HOTS, justru siswa tidak akan dapat mencapai Kompetensi Dasar yang sedang diajarkan. Padahal seharusnya semakin banyak tujuan, maka semakin dekat pula keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Peran guru sangat penting dalam hal penciptaan suasana kondusif dan memotivasi siswa berpikir tingkat tinggi. Meskipun dianggap susah, sebenarnya karakteristik siswa SMP sangat mendukung dalam membangun pembelajaran HOTS. Siswa usia 13 - 15 tahun memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Kesempatan untuk mengajak siswa memecahkan masalah tentu akan lebih besar. Penciptaan iklim HOTS dapat dimulai dengan mengimplementasikan berbagai model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Pendekatan saintifik yang tepat hendaknya mampu mengembangkan rasa ingin tahu.
Guru sebagai ujung tombak keberhasilan pembelajaran harus mampu menciptakan perencanaan yang berkualitas. Pembelajaran yang baik hendaknya dapat menciptakan interaksi antara guru dan siswa. Adanya umpan balik yang aktif merupakan salah satu ciri dari keberhasilan pembelajaran aktif. Di awal pembelajaran setelah mengucapkan salam, membaca doa bersama, dan mengecek kehadiran siswa, sebaiknya dilanjutkan dengan kegiatan literasi. Melalui kegiatan ini guru dapat menggali pengetahuan siswa dengan lebih dalam. Pengetahuan siswa tidak hanya terkungkung pada materi pelajaran di sekolah. Beberapa buku non fiksi yang ada di sudut literasi dapat menambah wawasan umum siswa. Wawasan umum itu akan mengantarkan siswa pada dimensi minat yang akan ditekuni pada masa yang akan datang.
Sementara buku-buku fiksi akan menggiring siswa untuk mengolah rasa, imajinasi, dan kreativitas. Keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri tentunya dapat dikembangkan melalui kegiatan literasi. Apersepsi dengan mengaitkan pada pembelajaran sebelumnya merupakan jembatan menuju materi yang akan dipelajari. Apersepsi yang bermakna secara tidak langsung akan memotivasi siswa untuk semangat dalam mengikuti pembelajaran. 
Jadi ke depan tidak hanya soal literasi dan numerasi berbasis HOTS saja yang diperkenalkan kepada siswa tapi bagaimana guru selayaknya mampu mengajarkan materi literasi dan numerasi yang benar kepada siswa. Semoga ...

HIMAWAN SUSRIJADI, S.Pd.,M.Pd.

  GURU PERLU AKTIF BERLITERASI Oleh : HIMAWAN SUSRIJADI, S.Pd.,M.Pd. Kepala SMP Negeri 12 Purworejo KURIKULUM Merdeka adalah kurikulum denga...