MENGUPAS KURIKULUM MERDEKA BELAJAR
Kemarin (Jum'at, 11 Februari 2022), baru saja kita menonton peluncuran Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka mengajar yang diluncurkan oleh Bapak Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Ramai sekali yang menyaksikan acaranya, dan sampai saat ini terus bertambah jumlahnya di youtube channel kemdikbudristek. Bagi saya secara pribadi, pemaparan beliau sangat bagus, semoga implementasinya juga bagus.
Merdeka Belajar epidose 15 ini bagi saya sangat luar biasa. Sebab mas menteri telah menjawab kegalauan banyak orang selama masa pandemi ini. Terutama para guru dan orang tua murid yang merasa anaknya memerlukan pelayanan khusus di masa pandemi ini. Tentu saja dibutuhkan kurikulum yang berpihak kepada peserta didik. Juga berpihak kepada guru, terutama yang sudah mendapatkan Tunjangan Profesi Guru (TPG) agar tidak terganggu. Alhamdulillah Mas menteri sudah menyampaikan itu dalam paparannya, sehingga membuat tenang para guru yang kehilangan dan kekurangan jam mengajar.
Hari kemarin, (Jumat 11/02/2022) Mas Menteri Nadiem Makarim telah meluncurkan Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Saya ikut menyaksikannya secara langsung di youtube chanel kemdikbudristek. Kemudian menyimak sedikit demi sedikit paparan yang mas menteri sampaikan. Terus terang saya sangat menyukai presentasi beliau yang memukau. Banyak informasi baru yang beliau sampaikan, dan tentu saja ditunggu oleh masyarakat berpengetahuan.
Studi-studi nasional maupun internasional, salah satunya Program for Internasional Student Assessment, menunjukkan bahwa banyak siswa kita yang tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Skor PISA tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10 sampai 15 tahun terakhir. Sekitar 70% siswa usia 15 tahun berada dibawah kompetensi minimum membaca dan matematika. Studi tersebut memperlihatkan adanya kesenjangan besar antar wilayah dan antar kelompok sosial ekonomi dalam hal kualitas belajar. Setelah pandemi, krisis belajar ini menjadi semakin parah. Kalau kita tidak turun tangan langsung, akan banyak anak yang learning loss. Itulah yang sama-sama kita khawatirkan.
Pertama, Kurikulum Merdeka disusun untuk mengatasi krisis pembelajaran (learning loss)
Salah satu program cepat tanggap kementerian pendidikan dan kebudayaan dalam menangani pandemi adalah membuat Kurikulum Darurat dengan memangkas materi kurikulum 2013 sampai ke materi esensial saja. Ketika ditawarkan ke sekolah-sekolah, sekitar 31,5% sekolah mengadopsi Kurikulum Darurat ini, dan hasilnya sangat menggembirakan. Sekolah-sekolah yang menggunakan Kurikulum Darurat lebih sedikit mengalami learning loss daripada sekolah yang tetap full menggunakan Kurikulum 2013. Data lengkapnya bisa dibaca di Naskah Akademik. Kurikulum Merdeka adalah penyempurnaan dari kurikulum darurat ini. Krisis pembelajaran diperparah oleh pandemi COVID-19 dengan hilangnya pembelajaran (learning loss) dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran
Sebelum pandemi, kemajuan belajar selama satu tahun (kelas 1 SD) adalah sebesar 129 poin untuk literasi dan 78 poin untuk numerasi. Setelah pandemi, kemajuan belajar selama kelas 1 berkurang secara signifikan (learning loss). Untuk literasi, learning loss ini setara dengan 6 bulan belajar. Untuk numerasi, learning loss tersebut setara dengan 5 bulan belajar.
(Diambil dari sampel 3.391 siswa SD dari 7 Kab/ Kota di 4 provinsi, pada bulan Januari 2020 dan April 2021)
Kedua, Tidak ada paksaan dalam penerapan kurikulum merdeka
Sekolah boleh memilih salah satu dari tiga kurikulum sesuai kesiapannya: tetap pakai Kurikulum 2013, memakai Kurikulum Darurat, atau mencoba Kurikulum Merdeka (boleh secara bertahap). Kepala sekolah dipersilahkan untuk memilih kurikulum yang tepat dan cocok dengan berdiskusi dengan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) serta Kepala Dinas Pendidikan di daerahnya masing-masing.
Ketiga, Keunggulan Kurikulum Merdeka
Lebih sederhana dan mendalam. Materinya lebih sedikit, hanya yang esensial, sehingga murid dan guru bisa punya kemewahan waktu untuk mendalami suatu tema. Lebih merdeka
Tidak ada peminatan di level SMA, murid-murid bisa memilih mata pelajaran sendiri. Guru-guru bisa mengajar sesuai capaian peserta didik (capaian pembelajaran dihitung per fase, bukan per tahun). Sekolah boleh mengembangkan kurikulum sendiri sesuai karakteristik sekolah dan siswa.
Lebih relevan dan interaktif. Karena materi lebih sedikit, ada waktu untuk pembelajaran berbasis projek, dengan tujuan mengasah satu atau beberapa karakter di profil pelajar pancasila (berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong-royong, kreatif, bernalar kritis, mandiri). Dua puluh persen dari jam pelajaran digunakan untuk projek-projek aktual lintas mata pelajaran, misalnya tentang climate change, kebencanaan, krisis kesehatan, isu toleransi, dan lain lain.
Keempat, Dukungan penerapan Kurikulum Merdeka
Kemdikbud menyediakan perangkat ajar : buku teks, modul, dan lain lain. Kemdikbud menyediakan pelatihan guru. Ada jaminan jam mengajar dan tunjangan profesi guru.
Kelima, Platform Merdeka Mengajar
Selain itu, penerapan Kurikulum Merdeka juga didukung oleh Platform Merdeka Mengajar. Platform Merdeka Mengajar membantu guru dalam mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman untuk menerapkan Kurikulum Merdeka. Sebuah platform untuk guru untuk memudahkan guru dalam : mengajar, belajar, dan berkarya. Sampai sekarang sudah tersedia 2000 perangkat ajar (tool kit) untuk mengajar, video-video inspirasi, dan video pelatihan guru yang bisa ditonton secara mandiri, dan asesmen diagnostik untuk mengases level pemahaman peserta didik agar guru bisa mengajar sesuai kemampuan anak (teaching at the right level).
Begitulah SEDIKIT kupasan penting dari apa yang disampaikan Mendikbudristek Nadiem Makarim kemarin. Semoga bermanfaat untuk pembaca yang ingin tahu lebih jauh tentang Kurikulum Merdeka yang baru saja diluncurkan. Kita berharap anak-anak Indonesia terlayani dengan baik sesuai dengan kurikulum yang diterapkan di sekolah.
Pak HIM
KS Blogger Indonesia
Merdeka...artinya bahagia
BalasHapus