Minggu, 13 Februari 2022

CURHATAN SEORANG GURU PENGGERAK

 

CURHATAN SEORANG GURU PENGGERAK


Dalam dunia bubur. Ada bubur diaduk dan ada bubur tidak diaduk. Keduanya sama-sama nikmat. Tinggal kita mensyukuri apa yang kita makan. Saya sendiri lebih suka bubur yang diaduk. Saya pun bergabung ke dalam komunitas bubur yang diaduk.
Bubur yang sudah diaduk bagi saya lebih nikmat. Sebab santannya sudah menyatu dengan bubur kacang hijau dan ketan hitam. Rasanya super duper. Enak sekali. Mak nyus kata orang yang suka wisata kuliner.
Dalam kegiatan menjadi Calon Guru Penggerak atau CGP demikian juga. Kita terasa diaduk-aduk untuk menulis essay yang panjang. Bagi yang tak biasa menulis pasti akan gagal dalam seleksi cgp. Tapi bagi mereka yang sudah terbiasa menulis fiksi akan sangat mudah sekali.
Setelah itu masuklah pada tahap simulasi mengajar. Bagi anda yang tak siap jaringan internet, jangan harap bisa lulus walaupun anda sudah terbiasa mengajar. Oleh karena itu, pastikan jaringan internet di tempat anda stabil. Assesor CGP tak akan mau peduli bila jaringan di tempat anda lemot.
Setelah proses simulasi mengajar, anda akan masuk proses wawancara. Di sinilah anda akan dinyatakan lulus atau tidak lulus menjadi Calon Guru Penggerak Kemdikbudristek. Itulah proses yang akan anda lalui dalam seleksi CGP.
Seorang CGP yang sudah ikut diklat curhat kepada saya. Beliau curhat setelah membaca tulisan Red carpet for mover teachers.
Berikut curhatannya dan namanya saya rahasiakan. Semoga membuat kita punya rasa empati kepada para CGP.

Assalamualaikum wr.wb.  
Ngapunten sebelumnya dengan tidak mengurangi hormat saya. Bagi saya mendaftar sebagai guru penggerak bukan untuk mencari kedudukan kursi merah pak.... 
Kami dan saya khususnya ingin agar pendidikan ini maju. Tak lebih dan tak kurang. 

Saya pernah mengajar di pelosok ikut kemenag bahkan tidak digaji pak karena emis bermasalah. 
Tahukah pak Himawan perjalanan menjadi guru penggerak sangat menyakitkan jatuh bangun membangun komunitas supaya mau tergerak, bergerak dan menggerakkan. 

Mereka mengece kami para guru penggerak tapi pada saat monggo ikut guru penggerak supaya tahu suka dukanya. 
Seperti teman-temen saya ketika saya ajak, yang mau saya merasa bersyukur, karena ada teman yang semisi. Dan ada pula yang tidak mau tapi dia merasa dirinya lebih layak memimpin karena merasa sudah senior...tapi setelah saya tanya lebih jauh karena alasan tak sanggup dengan tugas CGP. 
Saya membangun semangatnya kalau dia juga bisa namun alasannya anak dan lain lain. 

Pak Himawan selama saya jadi CGP setiap kali saya berfikir bagaimana cara merancang pembelajaran yang bagus bagi murid. Mereka tidak tahu perihnya kami...hinaan kami terima pak. Jika karena jabatan mereka menyakiti kami. Saya pribadi tidak menginginkan kursi merah itu. 
CGP membangun pola pikir yang negatif menjadi energi positif ...demi kemajuan bersama. Karena bagi kami kolaborasi adalah pembangun yang kuat. Tulisan bapak membuat saya menangis.

----++++++++------+++++

Terus terang saya sangat berempati dengan cerita tersebut. Sebab tidak mudah menjadi guru penggerak. Apalagi menjadi guru penggerak versi Kemdikbudristek. 
Tahukah anda bahwa menjadi guru pelopor jauh lebih berat lagi. Sebab tak ada dan tak ada yang mau membantu ketika awal memulai. Itulah mengapa guru pelopor adalah guru yang mampu memimpin dan bukan menjadi pengekor. Mereka mampu menjadi pelopor dan agen perubahan di sekolahnya masing-masing.

Baginya bergerak dengan hati adalah kunci untuk membuat muridnya bergerak dan belajar sepanjang hayat. Filosofi Ki hajar Dewantara selalu dipegangnya. Tak ada dana dari pemerintah. Semua dikerjakan dengan cara-cara yang bijak dan terhormat sehingga mereka mampu menjadi guru tangguh berhati cahaya. Mereka juga belajar filosofi sang pencerah kyai Haji Ahmad Dahlan. Supaya banyak guru memahami filosofi guru pelopor. Bukan hanya sekedar menjadi guru penggerak yang digerakkan.

Guru penggerak versi Kemdikbud ristek dibiayai oleh negara. Mulai dari pembuatan learning manajemen sistem (lms) sampai nanti diklatnya. Oleh karenanya wajar kalau anda dilatih menjadi guru yang mampu memberikan aksi nyata sebab anda telah dibiayai oleh uang negara yang diambil dari pajak rakyat. Biaya yang sangat mahal itu harus anda bayar dengan menjadi guru penggerak.

Saya ucapkan selamat kepada anda yang sudah melalui proses CGP. Sebab anda melaluinya dengan penuh perjuangan nyata. Tapi ingatlah selalu bahwa apa yang anda lakukan adalah untuk memperbaiki diri anda sendiri. Setelah itu anda bagikan kepada guru lainnya. Itulah yang telah dilakukan oleh guru mitra dan guru imbas versi Kemdikbud sebelumnya. Jadi saya belum menemukan hal baru selain menggunakan sistem learning manajemen sistem atau lms dan kepemimpinan pembelajaran. Jadi diklatnya tidak otomatis untuk menjadikan CGP sebagai calon kepala sekolah.

Jadi kalau anda terpilih menjadi guru penggerak dan mendapatkan sertifikat guru penggerak, gunakan sertifikat itu untuk membuat aksi nyata. Tunjukkan bahwa ilmu yang didapat selama diklat bisa anda tularkan kepada guru yang tidak ikut diklat. Bukan kepada sesama guru yang ikutan diklat.

Setiap program yang dibuat oleh Kemdikbudristek pasti akan mengundang pro dan kontra. Termasuk juga program guru penggerak. Jadi ikuti terus programnya dan kritisi kekurangan program tersebut. Dengan demikian anda menjadi guru penggerak dan bukan guru yang digerakkan Kemdikbudristek.



KATA-KATA BIJAK ISLAMI
:

" Janganlah kamu berburuk sangka dari kata-kata yang keluar dari mulut saudaramu, sementara kamu masih bisa menemukan makna lain yang lebih baik. "
( Umar bin Khattab )


Salam blogger persahabatan
Pak HIM
KS blogger Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HIMAWAN SUSRIJADI, S.Pd.,M.Pd.

  GURU PERLU AKTIF BERLITERASI Oleh : HIMAWAN SUSRIJADI, S.Pd.,M.Pd. Kepala SMP Negeri 12 Purworejo KURIKULUM Merdeka adalah kurikulum denga...