Minggu, 12 Desember 2021

HIMAWAN SUSRIJADI, S.Pd.,M.Pd.


GURU VERSUS ROBOT

Wacana menggantikan ASN dengan robot mungkin hanya sindiran bagi kejujuran dan kualitas hasil kerja mereka. Maka, para ASN mulailah berbenah diri, tingkatkan kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab dan kewajuban secara benar dan baik. Tingkatkan terus kompetensi dengan belajar tanpa batas ruang dan waktu. Jangan biarkan robot-robot menggantikan posisi kita karena dianggap tak berguna.

Kabar terkini yang tersiar adalah pemerintah akan mengurangi tenaga Aparatur Sipil Negera (ASN) dan diganti dengan robot. Jika berbicara tentang ASN maka salah satu profesi yang lekat terbayang di fikiran adalah guru. Walaupun banyak jabatan ASN disandang berbagai profesi di kementerian, namun profesi guru lebih menyentuh langsung ke masyarakat. Akankah guru digantikan oleh robot ?

Tulisan ini hanya merupakan analisis dan pendapat penulis sebagai bagian dari masyarakat yang juga seorang guru aparatur sipil negara yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Guru adalah manusia yang memiliki jiwa dan rasa, memiliki hati dan jantung. Dalam gerak hidupnya, guru dapat bertindak bebas dan mandiri selagi masih bernyawa. Dia dapat melakukan aktifitas dan bereaksi sesuai perasaannya. Memiliki hati yang terpancar lewat tatapan mata, kata, dan perbuatan. Guru memiliki jantung untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Membutuhkan makan, minum, tempat tinggal, hiburan, pakaian, pendidikan, penghargaan dan pergaulan.

Para guru memikul amanah dan tanggung jawab pendidikan karakter peserta didik. Guru harus memiliki keluhuran budi, kearifan sikap, kebijakan bertindak dan ketinggian ilmu. Profesi guru tak akan pernah tergantikan oleh apapun selama memiliki kompetensi dan kemampuan melaksanakan amanah dan tanggung jawabnya.

Bagaimana dengan wacana penggantian ASN dengan robot? Akankah guru termasuk yang akan tergusur?

Sejatinya para guru tak perlu merisaukan wacana tersebut, jika mereka mau terus belajar dan mengembangkan diri. Guru jangan hanya terpaku pada satu bidang ilmu. Wacana penggantian oleh robot hanyalah pertimbangan yang mungkin saja tidak akan terjadi. Namun bisa juga terwujud jika memungkinkan. 

Guru adalah manusia yang digugu dan ditiru. Sikap, kata dan perbuatannya selayaknya menjadi panutan peserta didik. Guru harus memberi makna dan teladan di masyarakat, dengan demikian tek perlu merasa bersaing dengan robot. Guru dan robot bukan hal yang pantas untuk dibandingkan. Wacana aparatur sipil negara akan diganti oleh robot bagi guru hendaknya dijadikan motivasi meningkatkan kompetensi dan kualitas diri. Tempalah keyakinan diri, penanaman budi pekerti dan karakter siswa, guru lebih mumpuni.

Robot hanyalah rangkaian benda mati yang dibuat hidup dengan bantuan manusia. Karena buatan manusia maka robot akan berjalan dan bergerak sesuai keinginan majikannya. Tanpa manusia dia tak akan berarti apa apa.

Memang terdapat faktor positif dan negatif manakala robot menggantikan tugas manusia. Jika wacana ini diluncurkan oleh pemerintah, tentunya sudah melalui pemikiran panjang akan dampak yang ditimbulkan. Berapa juta manusia akan jadi pengangguran, jika tak bisa melebihi kualitas kerja robot? Berapa lama proses panjang adaptasi yang dibutuhkan manakala kegiatan administrasi negara harus dikerjakan oleh robot?

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh robot? Biaya operasional pemeliharaan? Biaya servis kerusakan, biaya penyimpanan dan biaya akibat pergantian tenaga manusia menjadi tenaga robot.

Teknologi semakin canggih. Digitalisasi sudah memasuki semua lini. Hal yang dulu hanya angan ternyata dapat terwujud. Memang bukan hal yang tak mungkin robot menggantikan tenaga kerja manusia. Di beberapa negara sudah memperkerjakan robot di rumah makan, di pabrik dan rumah sakit. Namun sebagai pendidik nampaknya belum tersosialisasi. Perlu kajian lebih mendalam untuk memperkerjakan robot dalam kegiatan pemerintahan menggantikan ASN.

Apa yang terbayang dalam benak anda ketika harus berhadapan dengan robot saat bertanya mengenai prosedur pembuatan KTP? STNK? Sertifikat tanah? Pengelolaan hutan? Kelistrikan dan pariwisata? Juga kegiatan pemerintahan lainnya?

Akhirnya penulis berfikir, wacana tersebut mungkin hanya sindiran bagi kejujuran dan kualitas hasil kerja ASN. Maka, para ASN mulailah berbenah diri, tingkatkan kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab dan melaksanakan tugas pokok dan fungsi secara benar dan baik. Tingkatkan terus kompetensi dengan belajar tanpa batas ruang dan waktu. Jangan biarkan robot robot menggantikan posisi kita karena dianggap tak berguna.

Bapak dan ibu guru yang baru saja merayakan hari ulang tahun, juga selalu melakukan refleksi dan evaluasi diri. Masih pantaskah menjadi seorang guru yang digugu dan ditiru ? Majukan pendidikan di Indonesia. Tingkatkan kompetensi. Jangan mudah berpuas diri sebelum dapat berkompetisi dalam bidang prestasi di luar negeri. Bina anak negeri menjadi sosok mandiri yang mampu berkreasi, berakhlak mulia dan berdedikasi tinggi.


HIMAWAN SUSRIJADI, S.Pd.,M.Pd.

  GURU PERLU AKTIF BERLITERASI Oleh : HIMAWAN SUSRIJADI, S.Pd.,M.Pd. Kepala SMP Negeri 12 Purworejo KURIKULUM Merdeka adalah kurikulum denga...