Sabtu, 11 Februari 2023

MENDIDIK ANAK BERPIKIR HOTS

 

MENDIDIK ANAK BERPIKIR 
HIGHER ORDER THINKING SKILL


Oleh :
Himawan Susrijadi, S.Pd.,M.Pd.



Kegiatan pelatihan/diklat di hotel Sanjaya, Purworejo selama dua hari dari tanggal 30 s.d 31 Januari 2023 tentang pembuatan soal literasi dan numerasi yang diprakarsai MKKS SMP kabupaten Purworejo tidak terlepas dari cara berpikir tingkat tinggi (HOTS).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) terjadi jika seseorang mampu menyimpan informasi baru kemudian mengaitkannya, menata ulang, dan memanfaatkan informasi tersebut untuk memecahkan masalah tertentu.
Ketika seorang siswa hanya mampu menerima informasi, namun belum mampu mencapai ilmu, maka dapat dikatakan siswa tersebut belum sampai pada tataran berpikir HOTS. Kondisi yang terjadi dilapangan, siswa belum mampu memosisikan diri dalam kondisi HOTS. Iklim pembelajaran yang dibentuk oleh guru belum bersifat HOTS, sehingga mau tidak mau siswa masih dalam level low atau middle. Guru masih bingung dalam melatih siswa khususnya di tingkat menengah untuk dapat berpikir kritis. Guru memiliki kekhawatiran jika siswa diajak berpikir HOTS, justru siswa tidak akan dapat mencapai Kompetensi Dasar yang sedang diajarkan. Padahal seharusnya semakin banyak tujuan, maka semakin dekat pula keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Peran guru sangat penting dalam hal penciptaan suasana kondusif dan memotivasi siswa berpikir tingkat tinggi. Meskipun dianggap susah, sebenarnya karakteristik siswa SMP sangat mendukung dalam membangun pembelajaran HOTS. Siswa usia 13 - 15 tahun memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Kesempatan untuk mengajak siswa memecahkan masalah tentu akan lebih besar. Penciptaan iklim HOTS dapat dimulai dengan mengimplementasikan berbagai model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Pendekatan saintifik yang tepat hendaknya mampu mengembangkan rasa ingin tahu.
Guru sebagai ujung tombak keberhasilan pembelajaran harus mampu menciptakan perencanaan yang berkualitas. Pembelajaran yang baik hendaknya dapat menciptakan interaksi antara guru dan siswa. Adanya umpan balik yang aktif merupakan salah satu ciri dari keberhasilan pembelajaran aktif. Di awal pembelajaran setelah mengucapkan salam, membaca doa bersama, dan mengecek kehadiran siswa, sebaiknya dilanjutkan dengan kegiatan literasi. Melalui kegiatan ini guru dapat menggali pengetahuan siswa dengan lebih dalam. Pengetahuan siswa tidak hanya terkungkung pada materi pelajaran di sekolah. Beberapa buku non fiksi yang ada di sudut literasi dapat menambah wawasan umum siswa. Wawasan umum itu akan mengantarkan siswa pada dimensi minat yang akan ditekuni pada masa yang akan datang.
Sementara buku-buku fiksi akan menggiring siswa untuk mengolah rasa, imajinasi, dan kreativitas. Keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri tentunya dapat dikembangkan melalui kegiatan literasi. Apersepsi dengan mengaitkan pada pembelajaran sebelumnya merupakan jembatan menuju materi yang akan dipelajari. Apersepsi yang bermakna secara tidak langsung akan memotivasi siswa untuk semangat dalam mengikuti pembelajaran. 
Jadi ke depan tidak hanya soal literasi dan numerasi berbasis HOTS saja yang diperkenalkan kepada siswa tapi bagaimana guru selayaknya mampu mengajarkan materi literasi dan numerasi yang benar kepada siswa. Semoga ...

HIMAWAN SUSRIJADI, S.Pd.,M.Pd.

  GURU PERLU AKTIF BERLITERASI Oleh : HIMAWAN SUSRIJADI, S.Pd.,M.Pd. Kepala SMP Negeri 12 Purworejo KURIKULUM Merdeka adalah kurikulum denga...